PENGUNJUNG YANG BAIK SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR

Hak Anak menurut Agama Islam

Hak anak dalam agama islam Dalam filosofi pendidikan Islam dikenal dua hal. Pertama adalah bashira wa nadlira, bahwa mendidik anak seharusnya tidak hanya dilakukan melalui interaksi secara langsung tetapi juga harus dilihat secara batin, hal tersebut mempunyai makna bahwa usaha untuk mendidik anak tidak hanya dapat dilakukan secara lahiriyah seperti menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhannya, tetapi juga dilakukan secara bathin misalnya melalui doa bagi mereka.

Kedua adalah konsep fa alhamaha fujuraha wa taqwaha. Falsafah ini mempunyai implikasi dalam pendidikan bahwa manusia pada dasarnya disamping memiliki fitrah yang baik juga mempunyai fitrah yang buruk. Agar fitrah yang buruk tersebut tidak berkembang, maka dibutuhkan proses pendidikan agar fitrah yang baik berkembang dengan baik. Dengan demikian proses pendidikan tersebut harus benar-benar berlandaskan pada tujuan pendidikan yang paling mendasar yaitu pendidikan untuk memanusiakan manusia.

Ketiga adalah konsep rahmah atau kasih sayang, Al-jurajani menyatakan bahwa al rahma hiya iradatu isholu al-khair, artinya kasih sayang adalah segala sesuatu perbuatan yang akan mendatangkan kebaikan. Dengan memberikan kasih sayang maka pada dasarnya seseorang telah mengadakan pendekatan psikologis dalam mendidik anak, karena dengan pendekatan ini anak akan merasa terlindungi dan tenang, dengan demikian anak akan berada pada sebuah kehidupan yang nyaman tanpa ada intimadasi, kekerasan dan lain sebagainya. Sebagai hasilnya anak dapat hidup dan tumbuh kembang di tengah masyarakatnya dengan karakter anak yang kreatif, dan mempunyai sikap self convidance yang tinggi.

Lantas bagaimana pandangan Islam dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan empat prinsip sebagaimana dalam CRC yang telah disebut di atas?.
Hak Hidup, Keberlangsungan Tumbuh Kembang

Dalam pandangan Islam, bahwa hidup adalah pemberian Allah, sebagaimana dikatakan dalam firmannya: Dan sesungguhnya benar-benar Kamilah yang menghidupkan dan mematikan dan Kamilah (pulalah) yang mewarisi (QS. Al-Hijr:23). Ini berarti, bahwa hak hidup, keberlangsungan dan hak perkembangan melekat pada setiap diri anak, dan mutlak adanya sebagai dasar untuk memberikan pemenuhan dan perlindungan atas kehidupan mereka. Tidaklah mengherankan apabila Allah SWT mengecam keras orang-orang yang tidak menghargai hak asasi manusia, misalnya melakukan pembunuhan lebih-lebih pada anak seperti sampai sekarang masih banyak terjadi diberbagai belahan dunia dimana Islam telah menentangnya sejak zaman jahiliyyah. Allah berfirman: Barang siapa yang membunuh jiwa seorang manusia bukan karena pembunuhan dan bukan pula kerana membuat kerusakan di bumi, maka ia seakan membunuh manusia seluruhnya, dan barang siapa menyelamatkan jiwa seorang manusia sekan ia menyelamatkan manusia seluruhnya (QS. Al-Maidah:32).

Anak adalah anugerah dan amanah Allah SWT sebagaimana telah dijelaskan di muka. Anak merupakan kekayaan bagi keluarga dan bangsa, yang memiliki fungsi strategis sebagai pemilik dan penerus generasi di masa yang akan datang. Sebagai pengejawantahan rasa syukur pada Allah SWT, maka hak-hak anak untuk kelangsungan dan perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun mental harus di penuhi. Hak kelangsungan hidup anak dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan kasih sayang pada anak, memenuhi kebutuhan hak dasar anak.

Kebutuhan alami seorang anak adalah mendapatkan kasih sayang terutama dari orangtuanya sendiri khususnya ibu. Seorang ibu yang muslimah harus menyadari bahwa tidak ada suatu apapun yang menghalanginya untuk memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anaknya. Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak mengasihi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui hak orang besar di antara kami (HR Abu Daud dan Tirmidzi).



Selain yang tersebut diatas, memenuhi kebutuhan dasar anak demi keberlangsungan dan perkembangan anak, diantaranya adalah kebutuhan sandang, papan dan pangan. Hal ini sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an: Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada para ibu (dan anaknya) dengan cara yang ma’ruf (QS.Al-baqarah:233).

Menjamin Perkembangan Anak dapat dilakukan dengan cara mendidik anak. Dengan pendidikan anak dapat berkembang secara sempurna baik pemikiran, maupun sikap dan perilakunya. Pendidikan yang diberikan kepada anak merupakan pendidikan yang bersifat komprehensif, yaitu pendidikan yang diarahkan untuk pengembangan kemampuan intelektual, mental dan spritual. Nabi memerintahkan para orangtua untuk mendidik anak-anaknya sebagaimana disebutkan dalam Hadist: Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka (HR.Abdur Razzaq dan Sa’id bin Mansur).
Non-Diskriminasi

Prinsip non-diskriminasi (non-discrimination) dalam pendidikan anak adalah perlakuan yang tidak membeda-bedakan dalam penyelenggaraan pendidikan anak atas dasar perbedaan asal-usul, suku, agama, ras, jenis kelamin dan status sosial lainnya. Prinsip ini didasarkan pada pandangan kefitrahan anak, bahwa pada hakekatnya anak dilahirkan sama hak asasinya sebagai makhluk ciptaan Allah. Perbedaan tersebut terjadi semata-mata karena konstruk sosial masyarakat yang mewarnai perjalanan dan perkembangan anak.

Misalnya, pada zaman jahiliyah, anak perempuan tidak diterima sepenuh hati oleh masyarakat secara umum. Al-Qur’an merekam pandangan dan praktek jahiliyah mulai dari yang paling ringan yaitu bermuka masam jika disampaikan berita kelahiran anak perempuan,2 sampai kepada yang paling parah yaitu membunuh bayi-bayi perempuan.3 Terhadap hal ini Al-Qur’an mengecam keras. Kecaman-kecaman itu antara lain dimaksudkan untuk mengantar mereka agar menyadari bahwa kedua jenis kelamin anak masing-masing memiliki keistimewaan4 dan tidaklah yang satu lebih utama dari yang lain.5

Islam sangat tegas dan konsisten dalam menerapkan prinsip non-diskriminasi dalam penyelenggaraan pendidikan anak yang ditandai dengan seruan untuk berlaku adil pada anak. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan umat manusia untuk berbuat adil terhadap anak-anak: Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa…(Qs. Al-Maidah:8).Di dalam ayat yang lain Allah berfirman:“…..Dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil…. (QS. An-Nisa’:127).

Perintah untuk berlaku adil dan tidak membeda-bedakan anak atas jenis kelaminnya juga di jelaskan dalam beberapa hadist, diantaranya:”Berbuat adillah diantara anak-anakmu, berbuat adillah diantara anak-anakmu, berbuat adillah diantara anak-anakmu” (HR. Ashabus Sunan, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban). Perintah Rasulullah SAW kepada para orangtua untuk berbuat adil terhadap anak-anaknya dilakukan dalam semua pemberian, baik berupa pemberian harta (materi) maupun kasih sayang (immateri). Berikut perintah Nabi Muhammad SAW agar orangtua berbuat adil dalam hal pemberian (materi) terhadap anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda: Samakanlah diantara anak-anak kalian di dalam pemberian (HR.Thabrani).

Dalam hal pemberian kasih sayang (immateri), Nabi Muhammad SAW juga sangat menganjurkan kepada orangtua agar berlaku adil sebagaimana diriwayatkan oleh Anas, bahwa seorang laki-laki berada disisi Rasulullah SAW kemudian datanglah seorang anak laki-lakinya, lalu ia mencium dan mendudukkannya diatas pangkuannya. Setelah itu datanglah puterinya, tidak dipangku sebagaimana anak laki-lakinya, hanya didudukkan di depan Rasulullah SAW. Atas peristiwa itu Rasulullah SAW bersabda: Mengapa engkau tidak menyamakan keduanya?

Hadist ini menunjukkan bahwa perbuatan non-diskriminatif yang harus ditunjukkan oleh orang tua terhadap anak adalah adil secara keseluruhan. Perbuatan adil harus ditunjukkan dalam bentuk pemberian yang dapat dilihat oleh mata atau pemberian yang tidak dapat dilihat oleh mata seperti perwujudan kasih sayang. Apabila di dalam masyarakat muslim masih terdapat orangtua yang memandang anak wanita lebih rendah daripada anak laki, maka hal ini tentu disebabkan oleh lemahnya iman dan rapuhnya keyakinan. Disamping itu juga disebabkan oleh lingkungan sosial yang rusak yang diserap dari kebiasaan jahiliyah atau tradisi sosial tercela. Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehianaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketauhilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (QS. AN-Nahl: 58-59).

Perlakuan diskriminatif terhadap anak dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan kejiwaannya, yaitu munculnya penyakit kejiwaan seperti rendah diri dan hasud. Jika perlakuan tersebut berlangsung terus menerus membuat anak agresif, misalnya suka bertengkar, melukai, bahkan membunuh. Peristiwa pembunuhan Yusuf oleh saudaranya sendiri dapat dijadikan contoh itu. Dalam peristiwa ini disebutkan bahwa Bunyamin dan saudara-saudara yang lainnya makar pada Yusuf, yaitu memasukkan Yusuf ke dalam Sumur semata-mata karena saudara -saudaranya mengalami perlakuan diskriminatif dari ayahnya, Nabi Ya’kub sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an: (Yaitu) ketika mereka berkata: “sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata (QS. Yusuf:8).

Belajar dari pengalaman tersebut dapatlah dikatakan bahwa para orang tua, wali atau siapa saja yang diberi mandat untuk memelihara dan mendidik anak wajib menerapkan prinsip non-diskriminasi dan persamaan didalam pemberian, kecintaan, perlakuan kasih sayang kepada anak-anak, tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan lainnya, antara pria dan wanita. Oleh karena itu dalam pandangan legislasi ditandaskan bahwa perilaku diskriminatif terhadap anak merupakan tindakan tidak saja bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Tentu pasti, bahwa orang tua, masyarakat, pemerintah dan negara sebagai penyelenggara perlindungan anak memiliki tanggungjawab dan kewajiban untuk tidak berlaku diskriminatif dalam bentuk apapun.

Hukuman Terhadap siswa

Hukuman secara fisik dan emosional dari guru terhadap murid merupakan hal yang lumrah terjadi di dalam sistem pendidikan di Indonesia. Banyak guru biasa mencubit, memukul anak-anak bahkan menghina mereka, baik di sekolah-sekolah negeri maupun sekolah yang berbasis keagamaan. Kadang guru tidak menyadari bahwa hal ini sebetulnya terlarang dalam hukum Indonesia. Undang-undang Perlindungan Anak No. 23, bab 54 secara tegas menyatakan bahwa guru dan siapapun lainnya di sekolah dilarang untuk memberikan hukuman fisik kepada anak-anak. Terlebih lagi Indonesia merupakan salah satu penanda tanganan dari konversi PBB untuk Hak-hak Anak, disebutkan dalam artikel 37 yang mengharuskan negara menjamin bahwa: ”Tak seorang anakpun boleh mendapatkan siksaan atau kekejaman lainnya, tindakan tidak manusiawi ataupun perlakuan yang merendahkan atau hukuman”. Meski demikian, tampaknya undang-undang tersebut belum dipahami oleh kebanyakan pelaku pendidikan, hal ini sebagaimana laporan penelitian Ibu Nur Hidayati, dkk, dari penelitian lapangan terhadap 8 Madrasah Ibtidaiyah di propinsi Riau ditemukan bahwa hukuman jasmani lumrah terjadi di semua madrasah yang dituju, dengan kisaran antara 50% - 80%, anak-anak melaporkan bahwa mereka pernah mengalami hal ini dari guru-guru mereka secara rutin.[1]

Ibarat gunung es, kasus di atas baru di permukaan. Masih banyak tindak kekerasan dalam pendidikan yang tidak tampak. Demikian rapuhnya dunia pendidikan kita, hingga aksi kekerasan dan pelanggaran HAM para pelajar, para remaja, para penerus generasi bangsa terus meningkat.

Hak Anak dalam Pendidikan

Dalam Deklarasi Universal HAM (Universal Declaration of Human Rights) Pasal 1 disebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan hendaknya diselenggarakan secara bebas (biaya), sekurang-kurangnya pada tingkat dasar. Di samping itu, pendidikan dasar haruslah bersifat wajib; pendidikan keahlian dan teknik hendaknya dibuat secara umum dapat diikuti oleh peminatnya; dan pendidikan tinggi hendaknya dapat diakses secara sama bagi semua orang atas dasar kelayakan.

Dalam Pasal 2 Deklarasi HAM juga dinyatakan bahwa pendidikan hendaknya diarahkan untuk mengembangkan secara utuh kepribadian manusia dan memperkokoh penghormatan terhadap HAM dan kebebasan asasi. Pendidikan hendaknya mendorong saling pengertian, toleransi, dan persahabatan antar berbagai bangsa tanpa memandang perbedaan ras dan agama, dan hendaknya meningkatkan kegiatan PBB untuk memelihara perdamaian.

Sedangkan pada Pasal 3 disebutkan bahwa orang tua memiliki hak utama untuk menentukan jenis pendidikan yang semestinya diberikan kepada anak-anak mereka. PBB menindaklanjuti pasal-pasal ini melalui berbagai kegiatan untuk memelihara perdamaian dunia. Dengan kata lain, pendidikan damai adalah upaya menyeluruh PBB melalui proses belajar mengajar yang humanis, dan para pendidik damai yang memfasilitasi perkembangan manusia. Mereka berjuang melawan proses dehumanisasi yang ditimbulkan akibat kemiskinan, prasangka diskriminasi, perkosaan, kekerasan, dan perang.

Dalam upaya global, para pendidik berupaya memajukan pengajaran nilai, standar dan prinsip yang terwujud dalam instrumen sebagaimana Pemusnahan Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on Elimination of all Form of Discrimination Against Women, CEDAW),[2]Descrimination Based on Religion or Belief).[3] Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child, CRC), dan Deklarasi Sedunia tentang Pendidikan untuk semua (Education for all).

Secara khusus dalam CRC terdapat empat prinsip dasar dalam menyelenggarakan pendidikan yang dapat memenuhi hak anak, yaitu: non-discrimination (non diskriminasi), the best interests of the child (kepentingan terbaik bagi anak), the right to life, survival and development (hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan), dan respect for the views of the child (penghargaan terhadap pendapat anak).

Pertama, Non-Discrimination. Yang dimaksud non diskriminasi adalah penyelenggaraan pendidikan anak yang bebas dari diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa memandang etnis, agama, jenis kelamin, ekonomi, keluarga, bahasa dan kelahiran serta kedudukan anak dalam status keluarga. Untuk mengimplementasikan prinsip ini pemerintah memiliki kewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang layak.[4]

Kedua, The Best Interests of The Child. Yang dimaksud dengan prinsip Kepentingan Terbaik bagi Anak adalah dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan, kesejahteraan sosial pemerintah maupun swasta, lembaga peradilan, badan legislatif, dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.[5]

Ketiga, The Right to Life, Survival and Development. Yang dimaksud dengan prinsip hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang harus dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orangtua.[6] Karena itulah KHA memandang pentingnya pengakuan serta jaminan dari negara bagi kelangsungan hidup dan perkembangan anak, seperti dinyatakan dalam pasal 6 ayat 1, bahwa negara-negara peserta mengakui bahwa setiap anak memilki hak yang melekat atas kehidupan (inherent right to life)”, serta ayat 2 “ negara-negara peserta secara maksimal mungkin akan menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan anak (survival and development of child)”.[7]

Keempat, Respect for The Views of The Child. Yang dimaksud dengan penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya.

Strategi Pajangan Siswa

Diantara implementasi dari Pakem atau Paikem adalah pajangan, tetapi bagaimana strategi pajangan siswa yang baik, sekarang banyak sekali guru di Indonesia yang memajang hasil karya siswa di dalam maupun di luar kelas sebagai bentuk apresiasi terhadap siswa yang telah berusaha keras mengerjakan tugas-tugas tersebut. Bahkan kadang-kadang sekolah-sekolah mengadakan pameran sebagai upaya menunjukkan prestasi siswa. Masalahnya, apakah sebuah kelas hanya perlu didekorasi dengan pajangan karya siswa? Tidak bisakah guru lebih kreatif dengan memajang berbagai artefak atau media pembelajar seperti poster, majalah, artikel, model, miniatur, kartu, mainan, binatang piaraan atau benda-benda lain yang menunjang topik pembelajaran saat itu?

Sebagai contoh, seandainya topik yang diajarkan tentang Benua Asia, guru bisa menugaskan siswa membawa media pembelajar tersebut. Lalu, apakah tujuan mendekorasi kelas semacam ini?

1. Sebelum mengajar tentang sebuah topik, guru perlu mengetahui lebih awal seberapa jauh siswa telah memahami bahan ajar atau pengetahuan awal (prior knowledge). Ini penting karena guru tidak boleh mengajar hal-hal yang sudah dipahami siswa karena pengulangan selalu membuat siswa bosan. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat membuat rancangan pembelajaran yang tepat.

2. Siswa akan lebih kreatif dalam berpikir. Mintalah siswa untuk membuat pertanyaan dasar (apa, di mana, siapa, kapan, mengapa, bagaimana) dan gunakan untuk menulis komentar.

3. Siswa dapat belajar dari teman. Akan lebih baik apabila siswa mempresentasikan artifaknya di kelas supaya terbangun pula cara perpikir dari bermacam sudut pandang yang berbeda.

4. Sumber belajar tidak harus diperoleh di perpustakaan atau internet. Jika siswa mempresentasikan artifak yang dibawanya maka ia belajar menjadi narasumber. Keterampilan yang dikembangkan dalam hal ini tentu saja keterampilan berkomunikasi dan berpikir. Selain itu kepercayaan diri juga akan tumbuh. Setelah selesai presentasi, pajanglah artifak tersebut di kelas.

5. Ketika siswa mempresentasikan artifak, informasi yang disampaikan sangat sedikit karena hal ini sebagai prior knowledge saja. Seiring dengan proses belajar di kelas, maka pemahaman siswa akan bertambah.

6. Display atau artifak sebagai media untuk mengembangan seni, dalam hal ini visual art. Jika siswa mencari artifak berupa artikel dari surat kabar atau majalah, maka izinkan mereka untuk menghias bingkai artikel sesuai jiwa seni mereka

Pendekatan S-T-M

Pendekatan S-T-M pada awalnya merupakan salah satu pendekatan yang ditujukan untuk pendidikan ilmu alam (natural science education). Pertama kali berkembang di Amerika Serikat, selanjutnya di Inggris dengan nama SATIS (Science Technology in Society), di Eropa dikembangkan EU-SATIS. Sedangkan di Israel dengan istilah (Science Technology Environment Society) dan di negara-negara Afrika dengan nama Science Policy. Sedangkan istilah Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M atau SATEMAS) sendiri pertama kali dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning About Science and Society.
Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena ilmu pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang konsep. Sedangkan teknologi merupakan suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari konsep yang telah dipelajari dan dipahami. Dengan kata lain untuk memahami sains dan teknologi berarti harus memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dengan menggunakan konsep-konsep ilmu, mengenal teknologi yang ada di masyarakat serta dampaknya, mampu menggunakan dan memelihara hasil teknologi, kreatif membuat hasil teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.
Hubungan saling mempengaruhi dan ketergantungan antara sains, teknologi dan masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar1. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Masyarakat
Diadaptasi dari Hungerford dalam Fajar.

Definisi S-T-M menurut The National Science Teachers Association (NSTA) adalah belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia. Sedangkan Poedjiadi (2005:47) mengatakan bahwa pembelajaran S-T-M berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan S-T-M merupakan suatu strategi pembelajaran yang memadukan pemahaman dan pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar konsep sains dapat diaplikasikan melalui keterampilan yang bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat.
Menurut Fajar (2003:108), mengemukakan pada umumnya S-T-M memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.
b. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
c. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
d. Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
e. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
f. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam tes.
g. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya dalam memecahkan masalah.
h. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
i. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentiflkasikan.
j. Identifikasi sejauhmana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
k. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
Dari karakteristik S-T-M yang dikemukakan Yager, dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan S-T-M diawali dengan isu dan isu itulah yang merupakan ciri utamanya. Karena dengan mengemukakan isu mendorong peserta didik untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah yang diakibatkan oleh isu tersebut. Dalam memecahkan masalah peserta didik akan mencari informasi dari berbagai sumber, bukan hanya di dalam kelas melainkan di luar kelas dengan menggunakan berbagai cara termasuk memanfaatkan teknologi. Dengan demikian peserta didik belajar menemukan dan menyusun sendiri pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar yang dilakukannya. Selain itu proses belajar juga merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berpartisipasi sebagai warga negara.

Jenis – jenis Bimbingan dan Konseling

Bimbingan konseling lebih inten dilakukan pada siswa menengah pertama dan tingkat atas, terkadang peranan bimbingan konseling di Sekolah Dasar tidak begitu di dokumentasikan, ya mungkin ada beberapa saja guru yang menggunakan. padahal bimbingan konseling bermacam-macam jenis dan penanganan. berikut jenis-jenis bimbingan konseling di sekolah.

Bimbingan akademik
Bertujuan:

1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif.
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
3. Memiliki keterampilan belajar yang efektif.
4. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan belajar/pendidikan.
5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
6. Memiliki keterampilan membaca buku.


Bimbingan pribadi/social
Bertujuan:

1. Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
2. Memiliki pemahaman ttg irama kehidupan yg bersifat fluktuatif (antara anugrah dan musibah) dan mampu meresponnya dg positif.
3. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif
4. Memiliki sikap respek thd diri sendiri
5. Dapat mengelola stress
6. Mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan agama
7. Memahami perasaan diri dan mampu mengekspresikannya secara wajar
8. Memiliki kemampuan memecahkan masalh
9. Memiliki rasa percaya diri
10. Memiliki mental yang sehat


Bimbingan karier
Bertujuan:

1. Memiliki pemahaman tentang sekolah-sekolah lanjutan.
2. Memiliki pemahaman bahwa studi merupakan investasi untuk meraih masa depan.
3. Memiliki pemahaman tentang kaitan belajar dengan bekerja.
4. Memiliki pemahaman tentang minat dan kemampuan diri yang terkait dengan pekerjaan.
5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir.
6. Memiliki sikap positif terhadap pekerjaan.
7. Memiliki sikap optimis dalam menghadapi masa depan.
8. Memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan yang terkait dg pekerjaan.


Bimbingan keluarga
Bertujuan:

1. Memiliki sikap pemimpin dalam keluarga
2. Mampu memberdayakan diri secara produktif
3. Mampu menyesuaikan diri dengan norma yang ada dalam keluarga
4. Mampu berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.


Tujuan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling
1. Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku
2. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan berani menghadapi resiko.
3. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri.
4. Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif.
5. Memelihara nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalamberinteraksi dengan orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati laki-laki atau perempuan sebagai dasar dalam kehidupan sosial
7. Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif
8. Memperkaya strategi dan mencari peluang dalam berbagai tantangan kehidupan yang semakin kompetitif.
9. Mengembangkan dan memelihara penguasaan perilaku, nilai, dan kompetensi yang mendukung pilihan karir.
10. Meyakini nilai-nilai yg terkandung dalam pernikahan dan berkeluarga sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yg bermartabat.

Transisi Peralihan Pendidikan

Pra Sekolah Dasar banyak yang perlu difikirkan dan dicermati, ketika siswa baru mengapa ? karena murid baru pada siswa kelas 1 Sekolah dasar merupakan jenjang kelas transisi atau peralihan dari jenjang pendidikan prasekolah/PAUD kepada jenjang pendidikan sekolah/akademik yang menuntut peserta didiknya memiliki performance Kesiapan Belajar yang baik. Namun seringkali Kesiapan Belajar ini menjadi kendala yang berarti manakala jenjang pendidikan sebelumnya (prasekolah/PAUD) belum mampu memapankan performance Kesiapan Belajar peserta didiknya yang telah menamatkan program belajarnya. Selain itu Kesiapan Belajar menjadi masalah manakala kemampuan adaptasi belajar anak cukup rendah. Dan akhirnya terbawa menjadi masalah sehari-hari dalam kegiatan belajar di sekolah. Kemampuan berhitung dasar merupakan salah satu komponen kesiapan belajar yang amat penting, selain itu berhitung dasar dalam mata pelajaran matematika juga menjadi materi yang strategis untuk menyiapkan kemampuan awal akademik anak. Hanya saja permasalahan yang ada di lapangan adalah jumlah anak yang belum memiliki keterampilan berhitung dasar masih cukup tinggi.

sesuatu ang perlu digambarkan strategi yang dilakaukan guru ketika siswa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran matematika. Solusi yang ditawarkan dalam program ini adalah Membuka percakapan sederhana tentang sesuatu yang sempat teramati oleh siswa, mengajak siswa untuk mengeksplorasi dengan membilang yang ada di lingkungan sekitar, memberikan pula contoh langsung oleh guru dengan benda/sesuatu yang telah disiapkan dan meminta siswa melakukan hal yang sama. Dan Terakhir adalah memberi penguatan ketika mereka memberi respons terhadap apa yang kita contohkan.

dan guru terkadang mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Solusi yang ditawarkan adalah dengan menggunakan alat peraga yang menarik. Siswa dialihkan dan arahkan perhatiannya pada alat peraga yang digunakan guru dalam mengajar. Selain itu siswa diajak mengeksplorasi dengan alat peraga yang disiapkan guru dengan cara meraba atau menggunakan langsung dan terakhir siswa diminta mengekspresikan kegembiraan selama kegiatan tersebut berlangsung yang dilakukan secara verbal

BAGAIMANA MENJADI BELAJAR TIDAK TERLUPAKAN

BAGAIMANA MENJADI BELAJAR TIDAK TERLUPAKAN "Sebagian guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah, semester, atau bidang studi. Mereka mungkin beranggapan bahwa pada saat-saat akhir mereka dapat menjejalkan lebih banyak informasi dan menyelesaikan topik dan materi yang niasih dalam agenda mereka.
kia-kira bagaimana menjadi belajar yang tidak dapat terlupakan.

Makna dari "menyelesaikan" matapelajaran masih perlu dipertanyakan, karena adakalanya guru hanya sekadar menyelesaikan materi yang masih tersisa. Memaksakan diri untuk mengajar hingga batas akhir seringkali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak tertata, ada yang terlewatkan. atau ada yang masih belum jelas. Sebaliknya, bila kegiatan belajar bersifat aktif, ada peluang untuk terjadinya pemahaman. Bila kita menyediakan waktu untuk memantapkan apa yang telah dipelajari, maka ada peluang untuk terjadinya pengingatan.
Pikirkanlah apa yang terjadi bila anda bekerja keras menggunakan komputer, mencari informasi, memecahkan masalah. dan menyusun konsep namun, anda lupa menyimpan hasil pekerjaan anda. Tentu saja, semua pekerjaan anda akan hilang sia-sia. Demikian pula, hasil pembelajaran dapat menghilang bila siswa tidak diberi kesempatan untuk menyimpannya.
Di samping menyimpan apa yang lelah dipelajari, penting pula untuk menikmatinya. Seperti halnya pengalaman, pembelajaran akan dapat dinikmati bila ada kesempatan untuk mengingatnya dan memberinya sentuhan akhir yang menyentuh perasaan. Sebagaimana yang telah kita bicarakan tentang "hidangan pembuka" dan "entri" dari kegiatan belajar aktif, sekarang yang akan kita bahas adalah "hidangan penutup."
Ada banyak tindakan positif yang bisa kita ambil untuk menciptakan penutup mata pelajaran yang bermakna dan, barangkali, tak terlupakan. Di bagian ini kami akan mernbahasnya dalam empat kategori.
1. Strategi Peninjauan Kembali: Bagian ini membahas cara-cara untuk membantu siswa mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan dan kemampuan mereka yang sekarang. Anda akan menjumpai strategi peninjauan kembali yang menarik bagi siswa dan membantu "menyimpan" pembelajaran yang telah mereka terima.
2. Penilaian-Sendiri: Bagian ini membahas cara-cara untuk membantu siswa menilai apa yang kini mereka ketahui, apa yang kini dapat mereka kerjakan, dan sikap apa yang sekarang mereka pegang. Anda akan menjum¬pai strategi penilaian yang membantu siswa mengevaluasi kemajuan mereka.
3. Perencanaan Masa Depan: Bagian ini membahas cara-cara untuk membantu siswa mempertimbangkan apa yang akan mereka lakukan dalam rangka menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari. Anda akan mendapati strategi perencanaan masa depan yang menghadapkan siswa pada fakta bahwa kegiatan belajar mereka tidak berhenti di ruang kelas.
4. Ucapan perpisahan: Bagian ini membahas cara-cara untuk membantu siswa mengenang pengalaman mereka bersama-sama dan mengungkapkan apresiasi mereka. Anda akan mendapati strategi-strategi yang membantu menghadirkan bagian penutup pelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengucapkan perpisahan.



bermacam belajar bahasa inggris

bermacam-macam.untuk belajar bahasa inggris Ada orang belajar bahasa inggris dengan membawa kamus bahasa inggris kemana-mana, ya hanya dibawa saja. Ada orang belajar bahasa inggris dengan mencoba menghapalkan kamus, wow rajin amat!. Banyak orang belajar bahasa inggris dengan cara bernyanyi, ada banyak juga orang belajar bahasa inggris dengan ke pantai kuta lalu langsung ngobrol sama bule, ada lagi yang kuliah di jurusan bahasa inggris, kalau anak-anak biasanya belajar melalui gambar-gambar, banyak juga orang yang belajar dengan baca-baca pelajaran bahasa inggris gratis di internet seperti Anda, hehe..

Yang penting, apa saja cara yang kita tempuh dalam belajar bahasa inggris adalah pada akhirnya kita BISA bahasa inggris. Maksud saya benar-benar bisa dan lancar, bukan bisa sedikit-sedikit. Kan lebih baik bisa beneran dari pada bisa sedikit bukan? Bisa dikit-dikit bahasa inggris itu tidak cukup menyenangkan, belum mampu untuk membantu kita mencari penghasilan tambahan dari bahasa inggris misalnya, tak sanggup mengajari anak. Sebaliknya kalau bahasa inggris anda mengalir bagai air, senang tidak?

Anda tentu punya cara tersendiri untuk belajar bahasa inggris. Saya tak akan pernah mengatakan suatu cara belajar bahasa inggris itu jelek. Yang penting sekali lagi saya bilang adalah HASIL-nya. Caranya banyak. Jika suatu cara anda anggap kurang berhasil maka ganti caranya. Cara yang paling jitu dalam belajar bahasa inggris adalah “belajar terus sampai bisa”. Boleh ganti cara ini cara itu, terus saja belajar sampai bisa.

Saya hanya akan mendorong anda agar ANDA menemukan sendiri cara yang paling cepat dan yang paling pas dengan diri Anda sendiri. Dan itu tak akan terlepas dari NIAT yang sangat kuat untuk benar-benar bisa bahasa inggris. Tanpa niat yang sangat kuat, percayalah, 10 tahun Anda belajar pun tak akan lancar. Sudah banyak bukti, kita sekolah SD, SMP, SMA sampai kuliah kan belasan tahun belajar bahasa inggris, dan banyak orang ketika ditanya apakah bahasa inggrisnya bisa diandalkan? Jawabnya “sedikit sedikit”. Sudah pasti kurang niat di awal lah itu, masa sih belajar bahasa saja perlu belasan tahun dan baru bisa sedikit-sedikit padahal ini kan hanya belajar ngomong doang, belajar mendengarkan doang, belajar menulis dan membaca doang.

Sekali lagi NIAT, atau keinginan, atau kemauan. Jika anda mau bisa bahasa inggris, dan benar-benar mau bisa, dan ingin pasti bisa, dan keinginan anda itu sangat kuat maka Anda sendiri akan secara otomatis menemukan cara-cara yang tepat untuk anda lakukan.

Nah, setelah keinginan yang kuat untuk bisa bahasa inggris tadi telah teranan dalam, dan anda sudah menemukan cara apa yang akan ditempuh misalnya ikut kursus terdekat dengan Anda, atau membeli kaset, atau praktek langsung ke teman anda yang sudah bisa, atau paksa-paksa diri untuk menulis atau mungkin cara yang anda temukan akan bisa menjadikan anda pandai bahasa inggris justru dengan mengajar anak SD, atau apa saja cara yang anda temukan maka langkah selanjutnya adalah benar-benar mengerjakan apa yang anda niatkan tersebut. Tidak cukup hanya mau dan ingin atau niat saja bukan?

coba beberapa macam ini anda lakukan semoga membantu kelancaran anda berbahasa inggris
Coba lakukan latihan berikut ini, latihan ini sebaiknya dilakukan berdua secara bergantian. Caranya begini :

1. Duduk / berdiri berhadapan.
2. Siapkan stop watch , dan atur stop watch untuk berhenti menghitung setelah satu menit.
3. Siapkan counter / penghitung.
4. Sekarang berhadapan, satu orang pegang stop watch, satu orang lagi memegang counter.
5. Nah yang pegang stop watch bertugas untuk mengucapkan sebanyak-banyaknya kata dalam bahasa Inggris secara spontan dan tanpa berpikir.
6. Yang pegang counter, adalah pendengar dan sekaligus penghitung jumlah kata-kata yang diucapkan oleh temannya.
7. Ketika stop watch berbunyi, lihat dan catat jumlah angka yang tertera di counter.
8. Tukarkan alat dan lakukan yang sebaliknya.

Latihan ini akan melatih spontanitas dalam berbicara dalam bahasa Inggris dan meminimalkan proses berpikir pada waktu berbicara. Sekaligus akan melatih pendengaran dalam berbahasa Inggris. Batas waktu tidak harus satu menit, bisa Anda tentukan sendiri, dan kosa kata bisa dalam bentuk word (kata) ataupun sentence (kalimat).
Selamat berlatih dan bersenang-senang.

Imajinasi Siswa Dengan Model Permainan Segitiga




Membuka Imajinasi Siswa dengan Segitiga Kreatif
Memberikan kontribusi terhadap imajinasi siswa untuk tumbuh dan tumbuh merupakan ciri khas orang yang berkemampuan berpikir kreatif. Jika orang tersebut berhasil dalam membuka imajinasi anak dan imajinasi tersebut merupakan imajinasi yang aktif dan kreatif, maka kelak anak tersebut akan tumbuh menjadi seorang penemu kewirausahaan atau lebih dikenal entrepreneur. Mereka akan memiliki kemampuan berpikir yang kreatif untuk memecahkan berbagai masalah.

Imajinasi dalam kehidupan anak sama pentingnya dengan membaca beberapa mata pelajaran seperti matematika atau ilmu pengetahuan lainnya, karena dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan, yang pada akhirnya akan membantu dia mencapai keberhasilan dalam kehidupannya ketika dia mencapai usia dewasa.

Untuk dapat membuka imajinasi anak melalui segitiga kreatif, digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membuka Imajinasi Siswa dengan Permainan Gambar Bidang Segitiga
Kegiatan membuka imajinasi siswa dengan permainan gambar pada bidang segitiga merupakan pengembangan kegiatan pembelajaran Seni Budaya yang dapat dilaksanakan pada kelas ,VIII dan IX semester I dan II dengan rincian berikut ini.

a. Standar Kompetensi : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
b. Kompetensi Dasar : 2.3 Mengekspresikan diri melalui karya seni lukis.
2.1 Memilih unsur seni rupa Nusantara untuk dikembangkan menjadi karya seni murni
2.2 Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa murni yang dikembangkan dari unsur seni rupa Nusantara
Model pelaksanaan kegiatan pengembangan imajinasi siswa dilaksanakan sebagai berikut :
1) Alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 40 menit)
2) Anak disuruh menyiapkan kertas gambar
3) Setelah diberi penjelasan guru, Anak bermain membuat gambar segitiga sama kaki dengan berbagai bentuk sejumlah minimal 25 dalam waktu 40 menit

4) Setelah waktu yang telah ditentukan selesai semua gambar di pajang di depan dan diapresiasi sehingga anak tahu berbagai vareasi bentuk segitiga.


Hasil yang didapat dari permainan ini adalah :
a.Anak akan terbiasa menguras semua idea atau terbiasa mengeploirasi gagasan yang ada diotaknya semaksimal mungkin
b.Anak akan tahu setelah mengeplorasi bentuk segitiga pasti ada satu diantara bentuk itu yang terbaik (desain)
Membuka Imajinasi Siswa melalui Permainan dengan Meghias Bidang Segitiga
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya, namun tingkat kesukaran mulai dinaikan. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaranya adalah sebagai berikut
a. Waktu 2 jam pelajaran
b. Setelah diberi penjelasan guru, siswa membuat segitiga hias ,.namun pada kegiatan ini penekanya pada hiasanya
c. Dalam permainan ini anak diberi waktu 40 menit untuk mengekplorasi berbagai macam hiasan

Hasil yang didapat dari permainan ini adalah:
a. Anak akan terbiasa menguras semua ide atau terbiasa mengekploirasi gagasan yang ada diotaknya semaksimal mungkin
b. Anak akan tahu setelah mengeplorasi bentuk segitiga ikan pasti ada satu diantara bentuk itu yang terbaik (desain)
Aspek penilaian dalam permainan segitiga kreatif tahap II



Membuka Imajinasi Siswa dengan Permainan Merangkai Bidang Segitiga Ikan Menjadi Kesatuan yang Mengkombinasikan Unsur-unsur Seni
Dalam kegiatan ini sudah mulai menggabungkan berbagai unsur seni yang berhubungan dengan estetika dan sudah berbentuk karya seni
Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut
a. Waktu 2 jam pelajaran (2 x 40 menit)
b. Alat yang dipersiapkan siswa meliputi kertas gambar ukuran A4, pensil, balpoint dan spidol warna/pencil warna/crayon/cat air.
c. Setelah diberi penjelasan guru,siswa membuat susunan segitiga ikan menjadi karya yang mempertimbangkan unsur unsur seni yang meliputi: komposisi, warna, gelap terang, dan tekstur.

Hasil yang didapat dari permainan ini adalah :
a. Anak akan terbiasa dengan menggabungkan hal hal yang sederhana akan menjadi karya yang bagus
b. Anak juga dapat merasakan bentuk estetika baru dalam perkembangan dunia seni rupa modern
Aspek penilaian dalam permainan segitiga kreatif tahap III

No Aspek yang dinilai skor Keterangan
1 Komposisi warna 1 2 3 4 5
2 Ragam hiasan yang digunakan 1 2 3 4 5
3 Keunikan 1 2 3 4 5
Jumlah

4. Membuka imajinasi anak dengan mengembangkan bentuk yang sudah.Dalam permainan ini sebetulnya anak dapat ditugaskan mengembangkan berbagai bentuk binatang untuk dibuat gambar deformasi. Namun biar anak tidak bingung memilih,maka ditentukan menggambar deformasi ikan lumba lumba.
Adapun kegiatanya sebagai berikut
a) Waktu 4 jam pelajaran
b) Alat yang dipersiapkan siswa meliputi kertas gambar ukuran A4,pensil,bolpoint dan spidol warna/pencil warna/crayon/cat air.
c) Setelah diberi penjelasan guru,siswa menggambar ikan lumba-lumba sebanyak

Membuka Imajinasi Siswa dengan Permainan Merangkai Bidang Segitiga Ikan Menjadi Kesatuan yang Mengkombinasikan Unsur-unsur Seni
Dalam kegiatan ini sudah mulai menggabungkan berbagai unsur seni yang berhubungan dengan estetika dan sudah berbentuk karya seni
Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut
a. Waktu 2 jam pelajaran (2 x 40 menit)
b. Alat yang dipersiapkan siswa meliputi kertas gambar ukuran A4, pensil, balpoint dan spidol warna/pencil warna/crayon/cat air.
c. Setelah diberi penjelasan guru,siswa membuat susunan segitiga ikan menjadi karya yang mempertimbangkan unsur unsur seni yang meliputi: komposisi, warna, gelap terang, dan tekstur.

Hasil yang didapat dari permainan ini adalah :
a. Anak akan terbiasa dengan menggabungkan hal hal yang sederhana akan menjadi karya yang bagus
b. Anak juga dapat merasakan bentuk estetika baru dalam perkembangan dunia seni rupa modern
Aspek penilaian dalam permainan segitiga kreatif tahap III

No Aspek yang dinilai skor Keterangan
1 Komposisi warna 1 2 3 4 5
2 Ragam hiasan yang digunakan 1 2 3 4 5
3 Keunikan 1 2 3 4 5
Jumlah




Sumber www.dikbangkes-jatim.com

Karakter seperti apa yang sekolah harapkan?

“Bagaimana mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pendidikan karakter direncanakan dan dilaksanakan?” agar pendidikan karakter terlaksana efektif. Untuk memenuhi harapan itu, saya menggugah peserta pelatihan dengan pertanyaan “Sekolah ini berkehendak memfasilitasi siswa memiliki karakter seperti apa?”

Menjawab pertanyaan itu, para guru menyatakan bahwa sekolahnya diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang beriman, bertaqwa, berahlak mulia, jujur, sabar, percaya diri…..dan banyak lagi.

Pertanyaan dilanjutkan, apakah hal itu telah ditulis dalam rencana kerja sekolah atau dalam dokumen satu KTSP sebagai sasaran program pembinaan karakater siswa? Menjawab pertanyaan ini teman-teman tersenyum sebelum menyatakan “belum”. Jadi pada hari itu, di kesadari bahwa sekolah telah menugaskan kepada guru-guru untuk meningkatkan mutu pendidikan berkarakter, namun sekolah belum memasukkan program pengembangan karakter secara tertulis baik dalam program tahunan maupun dalam dokumen satu KTSP.
Pendidikan karakter melekat kewajiban sekolah sebagai sistem. Pada sistem ini terdapat tugas lembaga, kepala sekolah, guru-guru, dan siswa. Pada semua komponen itu tugas itu dibebankan.

Sekolah, dalam hal ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah memiliki kewajiban untuk menetapkan kebijakan sekolah tentang karakter yang disepakati sebagai target yang hendak sekolah wujudkan. Misalnya, sekolah berkehendak agar lulusan sekolahnya memiliki karakter enam karakter utama, yaitu (1) berahlak mulia, (2) berisiplin (3) bersikap terbuka, (4) memiliki kesadaran sosial yang tinggi (5) ramah (6) memiliki stabilitas emosi yang tinggi (7) selalu ingin tahu (8) penuh percaya diri.

Sungguh, semua karakter tersebut dalam kehidupan nyata di sekolah mudah kita kenali, mudah kita lihat. Lebih dari itu, pada guru bisa mengenali siswa mana saja yang memiliki karakter seperti itu. Namun ketika langkah pengenalan atau identifikasi dan menuliskannya secara sistematis, maka proses itu bukan langkah mudah. Namun demikian, karena guru memerlukan indikator yang spesifik sebagai bahan perumusan indikator belajar, maka mau tak mau sekolah perlu menganalisis setiap karakter ke dalam indikator yang terukur, teramati dalam prilaku, dan dapat dikembangkan secara bertahap sampai pada akhirnya semua indikator itu melekat menjadi karakter kompleks pada penampilan pribadi siswa.

Indikator yang sekolah tetapkan secara sistematis sebenarnya menjadi target yang hendak sekolah wujudkan, namun karena prosesnya dilakukan secara bertahap, maka target harus diurai dalam banyak indikator yang akan menjadi dasar menyusun program pembelajaran. Indikator ahlak mulia, misalnya, dapat dikembangkan dalam prilaku seperti di bawah ini.

* Kebersihan diri : bersih kuku, bersih tangan, bersih badan, bersih pakaian, dsb.
* Sehat sosial : ramah, menghargai orang, menghargai pendapat yang berbeda
* Ramah lingkungan; partisipatif dalam membangun kebersihan kelas, berdisiplin dalam ngelola sampah dan seterusnya …..semuanya sekolah yang menentukan.

Beberapa contoh di atas tentu harus menjadi produk kesepakatan antara kepala sekolah dengan dewan pendidik, ditulis dalam dokumen program, dan dilaksanakan, dan dievaluasi pencapainnya.

Bagaimana karakter terbentuk?

Pendidikan karakter akan berhasil efektif jika didukung dengan tujuan yang dirumuskan dengan jelas, target yang terukur, pelaksanaan yang terpantau efektivitasnya, dan evaluasi yang terlaksana secara berkala dan berkelanjutan sehingga menghasilkan data perkembangan karakter siswa.

Pengembangan karakter siswa hendaknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Semuanya harus terintegrasi sebagai proses perkembangan mental yang tidak terlepas dari pembawaan seseorang dengan pengaruh dari lingkungan.
Bagaimana merencanakan pendidikan karakter?

Merumuskan bentuk karakter yang diharapkan merupakan fokus utama perencanaan. Indikator yang diharapkan perlu dideskripsikan dalam program sekolah. Langkah berikutnya adalah menentukan strategi untuk mewujudkannya.

Dengan adanya rumusan yang jelas pada tingkat sekolah akan memperjelas tugas kepala sekolah, guru, hingga siswa. Terdapat contoh yang menarik ketika satu sekolah menetapkan sholat duha menjadi salah satu kewajiban yang harus siswa lakukan dalam meningkatkan pembiasaan. Pada saat kegiatan dilakukan hanya siswa yang dianjurkan, guru-guru tidak melakukannya.

Pada kasus lain, sering terjadi sekolah meningkatkan disiplin siswa, mengawasi siswa untuk patuh pada aturan. Sekolah berusaha untuk meningkatkan kebiasaan membaca dan menulis. Berusaha meningkatkan kebiasaan tepat waktu. Hal-hal semacam ini sering terkendala dengan kesulitan sekolah meningkatkan komitmen guru mematuhi aturan sekolah sehingga dapat menjadi teladan para siswa.

Menegakkan kepatuhan guru dan siswa terhadap aturan yang ditetakan bersama memerlukan sistem kontrol yang baik. Di SMAN 4 Denpasar, dalam setiap usaha pengembangan karakter dibicarakan terlebih dahulu dalam forum guru dan dalam forum organisasi siswa secara terpisah. Setelah semua pihak mendapat informasi yang jelas tentang kegiatan, tujuan, target, strategi pelaksanaan, dan evaluasi keterlaksanaan maka suatu program dapat dimulai.

Kegiatan selanjutnya guru-guru memantau perkebangan siswa. Sebaliknya siswa melakukan hal yang sama, menilai dukungan guru. Jika ada hal yang belum memenuhi harapan mereka, maka para siswa melakukan pertemuan berkala dengan pimpinan manajemen sekolah untuk menyampaikan hasil evaluasinya.

Dalam forum kerja pendidik dibahas keunggulan, kelemahan, serta hasil analisis kinerja guru menurut para siswa. Sebaliknya dalam forum siswa dibahas pula kinerja siswa menurut pandangan para guru dan menurut mereka sendiri. Dalam forum ini mereka jaga betul agar para siswa tetap dapat menempatkan penghormatan kepada guru sebagai sasaran pendidikan yang utama. Oleh karena itu pembahasan kinerja tidak diarahkan pada pembahasan kelemahan orang per orang melainkan kondisi yang belum memenuhi harapan.

Tanggung jawab mengurus diri, mengelola pakaian, mengenakan pakaian, berjalan, dan berinteraksi mendapat pengawasan dari waktu ke waktu sehingga sekolah yakin bahwa karakter siswa terbentuk dan memenuhi kriteria calon pemimpin bangsa.

Contoh itu menunjukkan bahwa pembentukan karakter melalui peningkatan peran sekolah terutama dalam membentuk kepatuhan dan budaya tertentu di sekolah memegang kendali utama. Sekolah yang kurang memperhatikan sistem pembinaan pada tingkat sekolah dan lebih mengandalkan pada peran guru melalui pelaksanaan pembelajaran hanya akan menghasilan karakter siswa yang biasa-biasa saja.

Pembentukan Karakter dalam Kegiatan Pembelajaran

Pembentukan karakter melalui kegiatan pembelajaran perlu dimulai dari perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Lebih spesifik karakter yang hendak dikembangkan dapat dinyatakan secara eksplisit dalam tujuan pebelajaran.

Jika bentuk karakter dinyatakan secara eksplisit dalam tujuan, maka guru harus mengevaluasinya secara eksplisit pula. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru perlu menetapkan karakter yang sesuai dengan mater pelajaran dan strategi pembelajaran.

Namun demikian jika karakter yang hendak dikembangkan seperti kejujuran, disiplin waktu, sifat selalu ingin tahu, sikap percaya diri, keterbukaan, inovatif, kreatif dapat diintegrasikan dalam aktivitas pembelajaran sehari-hari pada tiap saat. Yang diperlukan adalah kesadaran guru untuk selalu menaruh perhatian terhadap karakter yang ingin dikuatkan pada saat pemebeljaran berlangsung.

Pernyatan menegaskan bahwa belajar bukan cuma mendapatkan ilmu pengetahuan, namun juga bagaimana dapat menerapkan ilmu pengetahuan itu dalam bentuk karya yang mencerminkan keterampilan dan meningkatkan sikap yang semakin mencerminkan kedewasaan hidup seseorang (sumber gurupembaharu.com)

Keterampilan Diri Siswa

Keterampilan-keterampilan Belajar
Menurut A. Suhaenah Suparno (2001: 106-126), ada beberapa keterampilan keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat meningkatkan kemandirian dalam belajarnya, yaitu :
a) Mengenali diri sendiri
Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena menilai terlalu optimis maupun sebaliknya karena terlalu pesimistik dan menilai rendah kemampuan-kemampuannya dan akan sangat penting untuk memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai atau dicita-citakan, yang merupakan visi terhadap kehidupan yang akan datang.
b) Memotivasi diri sendiri
Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang memang tumbuh di dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang sifatnya ekstrinsik yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu dari orang tua, guru, teman ataupun tuntutan pekerjaan. Menumbuhkan motivasi ini sebenarnya bias dipelajari yaitu dengan cara membuat daftar keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh tatkala memutuskan untuk mempelajari sesuatu.
c) Mempelajari cara-cara belajar efektif
Tipe atau gaya orang untuk belajar merupakan hal yang unik untuk dirinya dan mungkin sangat berbeda dengan gaya belajar orang lain. Namun ada beberapa tips yang dapat dicatat tentang tindakan-tindakan yang dapat membantu mengefektifkan seseorang dalam belajar, diantaranya :
1). Membuat rangkuman
Rangkuman adalah ikhtisar tentang hal-hal esensial yang terkandung dalam bahan bacaan atau pemaparan lisan yang kita simak tersebut yang lebih ramping. Rangkuman membantu seseorang ketika mengulang pekerjaan atau ketika mencoba mengingat kembali apa yang telah dibacanya. Setelah selesai membaca dan membuat rangkuman dapat membuat pertanyaan-pertanyaan untuk dijwab sendiri.
2). Membuat pemetaan konsep-konsep penting
Pemetaan merupakan gambaran konsep-konsep yang berhubungan, dalam hal pemetaan konsep-konsep penting maka ada konsep utama dan ada konsep pelengkap yang diasosiasikan dengan konsep utama. Konsep pelengkap dan konsep asosiasi ini dapat diperoleh dari bahan bacaan itu sendiri.
3). Mencatat hal-hal yang esensial dan membuat komentar
Cara mencatat semacam ini dapat dilakukan pada kertas yang terpisah, yang dibagi menjadi dua bagian; di sebelah kiri dibuat catatancatatan penting yang sifatnya deskriptif sesuai dengan apa yang dibaca atau yang didengar. Di sebelah kanan dibuat catatan-catatn yang sifatnya lebih personal, dapat berupa kesan atau perintah-perintah kepada diri sendiri untuk mengasosiasikan atau menghubungkan pengalaman sebelumnya.
4). Membaca secara efektif
a). Skimming
Skimming berarti membaca selintas dan cepat untuk melihat gambaran sangat umum dengan membaca judul-judul bab dan bagian lainnya secara garis besar.
b). Scanning
Scanning adalah cara membaca dengan melihat judul bab kemudian judul-judul sub bab atau pasal-pasal di dalam suatu bab serta dengan membaca kalimat-kalimat awal pada tiap-tiap paragraf yang sering disebut topic sentence.
c). Membaca simpulan
Setiap simpulan berisi ide-ide pokok tentang apa yang telah dipaparkan sebelumnya dan berfungsi untuk mengingatkan kembali kepada pembacanya bahwa inilah ide-ide pokok dari penulis.
d). Membaca untuk pendalaman
Dalam membaca untuk mendalami sesuatu, orang melakukannya secara cermat dan penuh kesadaran, artinya tidak sambil melamun, mendalami isi bacaan kalimat per kalimat. Dalam kegiatan ini seseorang harus dapat menangkap ide yang tersirat (reading betweenthe lines).
e). Memanfaatkan indeks
Indeks menolong pembaca untuk mengetahui ada tidaknya atau dimana suatu informasi yang diperlukannya dipaparkan dalam buku.
5). Membuat situasi yang kondusif
Belajar adalah pekerjaan yang memerlukan pengerahan penglihatan, pendengaran, latihan dan pikiran. Oleh karena itu diperlukan suasana yang menunjang seperti tempat yang relatif tenang dan pikiran yang konsentrasi . Cara belajar yang sehat adalah cara yang rileks tidak
mengganggu postur tubuh dan tidak mengganggu konsentrasi.
6). Mengenal lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan belajar atau sumber-sumber belajar yang tidak terhitung jumlahnya. Sumber-sumber belajar berupa orang, bahan bacaan, lembaga atau institusi, maupun setting yang sengaja maupun yang semula tidak disengaja untuk dijadikan sumber belajar tetapi dapat berfungsi sebagai sumber belajar.
d) Mengarahkan diri sendiri dalam belajar
Yang dimaksud dengan mengarahkan diri sendiri dalam belajar adalah memulai kegiatan belajar karena lingkungan yang mendorongnya melakukan sesuatu. Adapula orang yang mengarahkan diri sendiri di dalam belajar karena memang sistem dalam lingkungannya memberikan peluang, selain itu ada juga orang yang melaksanakan kegiatan pengarahan diri dalam belajar itu karena faktor kebetulan ketika ia sudah mempunyai waktu luang untuk mempelajari sesuatu yang menjadi minatnya.
e) Catatan harian
Catatan harian bertujuan untuk mencatat apa yang harus dilakukan, apa yang telah dicapai, serta apa yang harus dicapai, masalah-masalah yang harus diselesaikan, dengan catatan harian ini membantu ingatan seseorang.(sumber sutisna.com)

Beberapa contoh keterampilan, mengembangkan kecakapan bicara, pidato, membaca, mengetik, dan mengunggah informasi melalui blog. Bentuk keterampilan yang manipulatif serperti belajar menjadi pilot pesawat terbang, meningkatkan kecakapan mengelola ekspor-impor dalam perdagangan internasional, melaksanakan persidangan di penadilan, termasuk mengurus harimau di kebun binatang. Yang terakhir ini penting dismanipulasi karena harimau tidak dapat dihadirkan bersama guru dan siswa dalam kelas.

Telaah kepusatakaan di negara maju antara ranah kognitif dan psikomotor mendapat perhatian yang seimabang dan dihadirkan secara simultan dalam proses pembelajaran di kelas atau di labolatorium. Jika guru mengajarkan teori tentang kloning binatang, maka keterampilan yang harus siswa kuasai adalah memahami teori dan menerapkan dalam kegiatan nyata.

Dan untuk pengembangan bakat dan minat siswa sekolah menyediakan program ekstrakurikuler. Program ini menjaring bakat dan minat yang menonjol kepada siswa dan dikembangkan/dipasilitasi supaya tumbuh Optimal. “Adapun jenis-jenis ekstrakurikuler yang akan dikembangkan adalah tari, melukis, olahraga, pramuka dan kerohanian,” ujarnya

Sastra sebagai Pendidikan Watak

1. Menurut Prof. Slamet Iman Santoso, tugas utama pendidikan adalah membangun watak agar anak mampu menghadapi berbagai tantangan.
2. Orientasi pendidikan saat ini adalah lulusan siap pakai, sehingga siswa harus belajar bermacam-macam ilmu, tapi di sisi lain pembinaan watak mulai terlupakan. Padahal membangun watak anak didik adalah tugas utama pendidikan
3. Inti pembangunan watak bukanlah hal yang abstrak, melainkan nyata dalam perilaku sehari-hari. Manusia tidak lepas dari perkembangan personal, sosial, dan keagamaan
4. Personal mencakup nalar, inderawi, dan afeksi.
5. Sosial antara lain kemampuan bekerjasama dan saling menghormati
6. Keagamaan berkaitan dengan tanggung jawab dan kehidupan religi, tidak sekedar pelajaran agama.

7.Tugas pendidikan lebih luas adalah mengasah keterampilan, kepandaian, kejujuran, membina disiplin, membuat anak mengenal batasan kemampuannya, dan membangun kehormatan diri. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat, serta tidak menyusahkan orang lain
8. Untuk pembangunan watak, belajar adalah proses yang membutuhkan waktu. Melalui pembelajaran apresiasi sastra antara lain upaya membangun watak dan karakter dapat dilakukan
9. Cara lain untuk membangun watak juga dapat dilakukan dengan menciptakan kultur sekolah, yakni sekolah memberikan nuansa dan atmosfer yang mendukung upaya untuk menginternalisasi nilai dan etika yang hendak ditanamkan
10. Menurut HAR Tilaar, tujuan pendidikan antara lain agar anak mampu menjalani kehidupan bersama dalam bermasyarakat dengan segala keragamannya. Melaui pendidkan budi pekerti, guru memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai serta etika yang ingin ditanamkan

Pembelajaran Apresiasi Sastra

1. Pengertian
2. Pembelajaran Apresiasi Sastra
- Prinsip pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra
- Tujuan pembelajaran apresiasi sastra
- Bahan pembelajaran berupa teks prosa, puisi, drama (sesuai tingkat perkemb anak,
- aspek pedagogis, aspek estetis) dan media pembelajaran (gambar, boneka, topeng, musik)Pembelajaran apresiasi prosa, puisi, dan drama
3. Metode, Strategi, dan Model Pembelajaran Apresiasi Sastra
4. Penilaian Pembelajaran Apresiasi Sastra

Apresiasi dari bahasa Inggris appreciation artinya ‘penghargaan’
Apresiasi mengacu pada pengertian, pemahaman, dan pengenalan yang tepat, atau pertimbangan dan pernyataan yang memberikan penilaian (Hornby dalam Sayuti, 2000:3)
Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Effendi, 1973)
Apresiasi sastra: upaya memahami karya sastra untuk dapat mengerti sebuah karya sastra yang kita baca, baik prosa maupun puisi, mengerti maknanya, baik yang intensional maupun yang aktual, dengan cara mengerti seluk beluknya.
Tahapan atau langkah untuk memahami karya sastra meliputi interpretasi, analisis, dan evaluasi.

Prinsip Pembelajaran Apresiasi Sastra
- meningkatkan kepekaan rasa pada budaya bangsa
- memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya estetis melalui bahasa
- merupakan pembelajaran untuk memahami nilai kemanusiaan di dalam karya sastra yang dapat dikaitkan dengan nilai kemanusiaan di dalam dunia nyata

Diperoleh setelah melakukan kegiatan apresiasi sastra:
- Memahami ciri-ciri puisi
Memahami ciri-ciri prosa
- Memahami kaitan pembelajaran sastra dengan kecakapan hidup ( memecahkan masalah, - kecakapan berpikir kritis dan kreatif, kecakapan berkomunikasi, kemampuan membuat keputusan, kecakapan menjalin hubungan antarpribadi, dsb)
- Memahami pembelajaran sastra untuk mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, dan kepekaan terhadap budaya masyarakat
- Memahami kaitan pembelajaran sastra dengan pembelajaran bahasa, yakni dilakukan secara terpadu dengan memanfaatkan teks sastra sebagai bahan pembelajaran bahasa

Pengalaman berapresiasi:
membaca karya sastra
menyimak pembacaan cerpen atau puisi
menonton pementasan drama

Pengalaman berekspresi:
menulis puisi, cerpen, atau dialog
berdeklamasi atau membacakan puisi
mementaskan drama

Model pendekatan lingkungan

Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002).

Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar.apalagi seperti di lingkungan kami mengajar yaitu desa cukup terpencil Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas.

pada dasarnya Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.

Harapan Penulis terilhami menuangkan tulisan ini dengan maksud untuk dikembangkan menjadi visi misi sekolah sebagai prioritas untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat menjadi bahan masukan bagi para guru untuk menengok lingkungan sekitar yang penuh arti sebagai sumber belajar dan informasi yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Model pendekatan ini pun relevan dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), sehingga pada gilirannya dapat mencetak siswa yang cerdas dan cinta lingkungan.

Siswa boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara lokal. Artinya, setiap orang/siswa perlu belajar apa pun, bahkan mencari hikmah dari berbagai macam pengalaman bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, namun pengetahuan tentang pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut dijadikan sebagai pembelajaran dalam tindakan di lingkungan secara lokal. Dengan cara kerja seperti itu, kita tidak perlu melakukan trial and error yang berkepanjangan, melainkan kita belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain, sementara kita sekadar meneruskan kerja dari paradigma yang benar.

Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Katakanlah belajar ilmu sosial atau belajar ekonomi, maka lingkungan sosial dan ekonomi sekitar dapat menjadi laboratorium alam. Pembelajaran ini dapat dilakukan sembari melakukan pemberdayaan (empowering) terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sementara si pembelajar dapat melakukan proses pembelajaran dengan lebih baik dan efisien. Mohamad Yunus, penerima Nobel asal Bangladesh adalah orang yang banyak belajar berbasis lingkungan untuk mengembangkan ekonomi. Dengan mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar.

Pembelajaran dengan Penemuan

Dalam Pembelajaran dengan metode penemuan (Discovery Learning) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran penernuan (Discovery Learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada anak/siswa dalam "menemukan" sesuatu oleh mereka sendiri dengan mengikuti jejak para ilmuwan. (Nur 2000).

Pembelajaran penemuan itu dibedakan menjadi 2, yaitu pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) atau sering disebut open ended discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning). Dalam pelaksanaannya, pembelajaran penemuan terbimbing lebih h banyak diterapkan, karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun bimbingan guru bukanlah semacam resep yang harus dlikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan.

Carin (1993) memberi petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) sebagai berikut. a. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa: (1) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penernuan; (2) Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa; (3) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap; (4) Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok yang terdiri dari 2 5 siswa; (5) Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.
Untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993) menyarankan hal hal di bawah ini: (1) Membantu siswa untuk memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan; (2) Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan; (3) Menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman; (4) Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan; (5) Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan; (6) Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.

Berikut beberapa saran tambahan berdasarkan pada pendekatan penemuan dalam pengajaran (Nur 2000): (1) Mendorong siswa mengajukan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan membimbing; (2) Menggunakan bahan dan permainan yang bervariasi; (3) Menggunakan sejumlah contoh yang kontras atau memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan materi ajar mengenai topik topik terkait; (4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mernuaskan keingintahuan mereka, meskipun mereka mengajukan gagasan gagasan yang tidak berhubungan langsung dengan pengajaran; (5) Menggunakan sejumlah contoh yang kontras atau memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan materi ajar mengenai topik topik terkait

Guru Pengajar dan Pembimbing

Peranan guru dalam dunia pendidikan adalah salah satunya sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya dimasa akan datang.

juga guru adalah Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.


Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik

yang tidak kalah pentingnya adalah Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila

Ciri Kepribadian Guru

Ciri-ciri kepribadian guru yang harus dimiliki dan di pegang teguh oleh seorang guru adalah sebagai berikut :
Pertama, semangat yang terkontrol. Seorang guru mesti menjadi orang yang ulet, telaten, peduli, dan memiliki tekad yang memadai.
Sebab, peserta didik memerlukan hal baru, tambahan informasi, perhatian, dan didikan yang baik darinya.

Kedua, ilmu yang terus berkembang. Ia mempunyai dua kelebihan, yakni kelebihan horizontal (pengetahuan luas) dan vertikal (menguasai bidangnya secara mendalam). Guru yang enggan membaca lambat laun akan kekeringan wawasan seiring permasalahan yang muncul. Hendaknya mempunyai perpustakaan sendiri walaupun sederhana.paling tidak dapat mengenal IT di era global ini.

Ketiga, perencanaan yang rapi. Perencanaan pendidikan yang matang, tertulis dan tersusun rapi, serta dalam jangka waktu tertentu, terukur, dan realistis agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Istilahnya, ‘TUKER-KERIS’ (TUlis apa yang anda KERjakan, dan KERjakan apa yang anda tulIS}misalnya membuat PTK

Keempat, variasi kecerdasan. Guru itu seperti sungai, ia memberi minum kepada orang-orang yang kehausan, mengalir deras ke setiap lembah,mengubah tandusnya akal menjadi pengetahuan yang berbunga di lembah pengetahuan yang beraneka ragam.

Oleh karena itu, guru harus menjadi bapak bagi siswanya dalam ikatan batin,
seolah menjadi syekh dalam pendidikan rohani, menjadi pendidik dalam penyampaian ilmu, menjadi teman dalam penyampaian curhat, dan menjadi pemimpin dalam keteladanan.


Kelima, kepemimpinan yang bijaksana. Tidak cukup seorang guru hanya menyampaikan materi pelajaran tanpa memenuhi tujuan pendidikan sesungguhnya, yakni menanamkan nilai-nilai luhur, mengembangkan potensinya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Keenam, menjaga celah. Guru adalah arsitek peradaban. Masa depan anak didik adalah amanah di pundak guru. Baiknya generasi muda ke depan tergantung kepada kesungguhan guru dalam mempersiapkan anak didiknya. Oleh karena itu, guru harus mampu menjaga celah di bidang pendidikan. Sebab, jika pendidikan tidak bisa diharapkan, tunggulah akan kehancuran. Syauqi pernah berkata, ”Jika guru berbuat salah sedikit saja, akan lahirlah siswa-siswa yang lebih buruk lagi.”

Ketujuh, tidak mengenal putus asa. Kenyataan terkadang membuat guru sedih dengan fakta dekadensi moral pada generasi muda. Orang yang bertekad lemah, kadang menyatakan bahwa generasi sekarang tidak bisa diharapkan, tak ada harapan akan perbaikan. Tetapi, guru harus yakin, bahwa impian hari ini adalah kenyataan esok hari. Karena itu, guru perlu terus berbuat dan meninggikan bendera kebajikan guna menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik.

Bila ciri-ciri guru di atas mampu diejawantahkan dalam dunia pendidikan maka tidak menutup kemungkinan pembentukan anak didik menjadi manusia seutuhkan (cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual) akan mudah terwujud

Metode Demonstrasi yang Efektif

Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari .perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi.
Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.
2. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
3. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.
4. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.
5. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.
6. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.
7. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.
c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.
8. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.

Metode Demonstrasi

Pengertian Metode Demonstrasi
Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah menurut Muhibbin Syah dalam bukunya .”Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”, adalah bahwa:’Metode secara harfiah berarti ‘cara’.Dalam pemakian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.
Dan menurut Muzayyin Arifin, Pengertian metode adalah cara, bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih bersifat teknis administrative atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar hanya diartikan cara mengandung implikasi mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik di dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.
Menurut W.J.S Poerwadarminta, .Metode adalah .cara. yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa metode secara umum adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu hal, seperti menyampaikan mata pelajaran.
Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah adalah.Metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Dalam kamus Inggris-Indonesia, demonstrasi yaitu. mempertunjuk-kan atau mempertontonkan.
“Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau murid memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu proses, misalnya bagaimana cara sholat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW”.
Menurut Aminuddin Rasyad, Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.
Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing murid.
Semenjak zaman Nabi Muhammad SAW, bahkan semenjak awal sejarah kehidupan manusia, penggunaan metode demonstrasi dalam pendidikan sudah ada. Contohnya pada waktu itu Nabi, seorang pendidik yang agung, banyak menggunakan metode demonstrasi perilaku keseharian sebagai seorang muslim, maupun praktek ibadah seperti mengajarkan cara sholat, wudhu dan lain-lain. Semua cara tersebut dipraktekkan atau ditunjukkan oleh Nabi, lalu kemudian para umat mengikutinya

Coretan Anak Bermakna

Sering kita jumpai pada saat pembelajaran di kelas anak-anak sering membuat coretan Gambar corat-coret ini sebenarnya merupakan ungkapan bawah sadar anak. Sama seperti mimpi, corat-coret ini menggunakan bahasa gambar dan bisa kita cari maknanya. Lalu, apa ya artinya?
Coretan Anak yang Bermakna adalah sebagai berikut :
GAMBAR BENTUK
PANAH
Menunjukkan Anda orang yang ambisius dan agresif. Tanda panah ke kiri berarti senang mengenang masa lalu. Tanda panah ke kanan berarti siap untuk menyongsong masa depan. Tanda panah ke suatu objek berarti marah atau penasaran dengan objek tersebut.

LINGKARAN
Gambar ini sering dikaitkan dengan keramahan, senang bicara dan senang berteman. Artinya Anda fleksibel, mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri. Anda juga memiliki iman yang kuat sehingga berjiwa optimis dan pantang menyerah.

BENTUK GEOMETRIS
Gambar segitiga, segi empat, persegi panjang dan formasi pola lain menunjukkan pikiran yang logis. Gambar ini juga menandakan pikiran yang teratur, proses pemikiran yang jernih dan ketrampilan dalam membuat perencanaan efisiensi dan tujuan. Meski orang menilai Anda kolot, Anda mampu menyelesaikan pekerjaan dalam situasi kritis sekalipun.

BENANG KUSUT
Lingkaran kusut yang besar melambangkan keinginan akan gaya hidup bebas yang menggelinding begitu saja. Sementara lingkaran kusut yang kecil melambangkan perasaan marah yang terpendam.

GAMBAR ABSTRAK
Gambar ini sering melambangkan ketegangan, kesulitan dan gangguan dalam konsentrasi.

KOTAK
Gambar ini memang lebih banyak digambar kaum lelaki. Kotak yang ditumpuk menunjukkan pemikiran yang metodis dan konstruktif. Kotak tertutup menandakan Anda orang yang menghargai privasi. Sementara kotak terbuka mencerminkan harapan untuk menyambut seseorang atau sebaliknya keinginan lari dari situasi yang menekan.

GAMBAR BENDA HIDUP
BINATANG
Mencerminkan bagaimana memandang diri sendiri. Jika menggambar hewan peliharaan, kucing misalnya, berarti Anda memiliki pribadi yang ramah dan sensitif. Gambar burung, artinya Anda memiliki daya imajinasi yang tinggi, penuh pertimbangan, cinta kasih, dan menyukai kebebasan. Jika Anda menggambar hewan kecil, ini mengindikasikan perasaan takut yang tersembunyi. Juga menggambarkan lemah, pasif, kurang percaya diri dan introvert. Sedangkan gambar hewan liar mencerminkan agresivitas dan ketegasan. Gambar hewan yang suka bersenang-senang, misalnya anjing menunjukkan Anda orang yang senang bermain. Gambar hewan berjalan pelan, misalnya kura-kurang menunjukkan kpribadian yang senang merenung.

BUNGA
Melambangkan sisi feminin dan keinginan melihat pertumbuhan, alam dan reproduksi. Gambar bunga juga menunjukkan keinginan berkembang dan menghasilkan sesuatu dalam hidup. Bunga dalam rangkaian bisa menggambarkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan. Sementara gambar bunga dan tumbuhan menunjukkan Anda orang yang sensitif, manusiawi, hangat dan terbuka.

POHON
Gambar ini melambangkan ego dan ambisi. Jika pohon itu memiliki daun yang lebat dan buah, ini menunjukkan Anda orang yang mendambakan cinta, seks dan anak. Pohon tanpa daun dan buah, dengan daun terkulai menunjukkan depresi dan kurang semangat juang. Lalu, kalau pohon digambar dengan akar, menunjukkan orang yang mementingkan asal-usul.

HATI
Ini sering digambar orang yang sedang jatuh cinta. Hati melambangkan pikiran orang yang menggambarnya dipenuhi cinta dan sentimentil.

WAJAH CANTIK
Menggambarkan rasa kasih sayang kepada orang lain. Orang yang senang menggambar wajah cantik melihat hal-hal positif dalam diri seseorang, situasi, optimistik, manusiawi, bersifat baik, sensitif terhadap sesama. Ia juga mampu menunjukkan empati, ramah dan senang bergaul.

WAJAH JELEK
Artinya Anda penuh curiga, tidak suka dan tidak percaya pada orang lain. Anda memiliki jiwa pemberontak, kurang percaya diri, senang melihat hal-hal buruk dalam diri setiap orang dan situasi. Anda juga defensif, cenderung mengubah fakta karena pandangan Anda yang 'gelap' dan sempit.

GAMBAR LAINNYA
RUMAH
Coretan ini banyak digambar perempuan. Gambar ini menunjukkan perasaan terhadap lingkungan rumah. Coba perhatikan pintu depannya terbuka atau tertutup? Apakah cerobong asap mengeluarkan asap? Rumah yang tidak bahagia biasanya dilambangkan dengan rumah berbentuk asimetris tanpa jendela. Sementara rumah dengan cerobong asap yang mengeluarkan asap menunjukkan Anda orang yang bahagia dengan sikap positif terhadap kehidupan di rumah. Rumah yang dingin tanpa hiasan menunjukkan rasa tidak senang dengan kehidupan di rumah.

BENDA LANGIT
Gambar bintang dan benda-benda langit menunjukkan perasaan penuh harapan, optimisme, ambisi dan kebutuhan untuk membuktikan serta mempromosikan diri.

KENDARAAN
Gambar alat transportasi dalam bentuk apa pun melambangkan hasrat untuk pergi atau mencapai tujuan. Makin cepat jenis kendaraan yang digambar artinya Anda ingin cepat-cepat menyampaikan pendapat atau pergi.

MAKANAN
Gambar ini memiliki tiga makna. Pertama, kebutuhan akan cinta. Kedua, hasrat yang ingin dipenuhi. Dan ketiga haus akan sesuatu. Mana yang sesuai dengan Anda?

SENJATA
Gambar pistol, senapan dan anak panah menunjukkan sikap persaingan dan kebutuhan untuk membuktikan diri.

TANGGA
Menunjukkan banyak ambisi, dorongan yang kuat untuk membuktikan diri, tidak sabar terhadap proses yang panjang dan berusaha untuk mencapai tujuan terdekat.

ALAT VITAL
Memang ini lebih banyak digambar kaum Adam. Jika ada lelaki yang menggambarkan payudara besar atau vagina, artinya hidup lelaki itu sedang terancam oleh perempuan. Namun, jika ia senang menggambarkan alat vital dari kaum sejenisnya, artinya ia memiliki kelainan seksual. Lalu, bagaimana jika Anda menggambarkan penis? Bukan tidak mungkin Anda tiba-tiba menggambarkannya kan? Jika Anda melakukannya, ini berarti Anda sedang merasa dikucilkan laki-laki.

CORETAN NAMA
Jika Anda senang menulis nama sendiri dengan bentuk tulisan berbeda maka Anda adalah seorang yang sedang mengalami krisis kepribadian. Anda tidak yakin dengan arah kehidupan Anda sendiri.

TANDA TANGAN
Lalu bagaimana dengan goresan tanda tangan yang berulang-ulang secara tak sadar? Ini menandakan konflik emosional dan intelektual sedang meningkat sehingga Anda berada dalam kesulitan.(sumber: Erma Dwi Kusumastuti. www.kompas.com, 24 April 2008)

PTK Individual Kolaboratif

Banyak guru yang tidak tahu tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sangat mudah dan gampang. Dipikirnya, PTK milik dosen dan para pakar pendidikan. Padahal, PTK itu sebenarnya hanya catatan mengajar yang ditulis guru untuk direviu menjadi dasar perbaikan pembelajaran berikutnya. Guru yang terbiasa mencatatsetiap pembelajaran yang dilaksanakan akan dengan mudah membuat PTK. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru secara langsung untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.

PTK dapat dilaksanakan secara individual dan kolaboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kolaboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kolaboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.

Berikut prinsip PTK.
Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.

Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan "sekali tembak" selesai pelaksanaannya.

Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip.

Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti pula.

Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.

Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.

Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar.

Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.

Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.

Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.

Tujuan PTK sebagai berikut :

Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.

Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.

Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.

Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.

Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.

Manfaat PTK

Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.

Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung professionalisme dan karir guru.

Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.

Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan.

Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

Prosedur Pelaksanaan PTK.
1. Menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK.

2. Melasanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.

3. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksnaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan rumusan saran.

4. Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis. Inilah laporan PTK.

OLAHRAGA MENCERDASKAN SISWA

setelah diakui bahwa olahraga mencerdaskan siswa. Belajar sambil melakukan merupakan jenis belajar yang berada pada konteks olahraga. Lawan dari metode itu adalah belajar dengan cara ceramah.Tak sekadar olahraga

Ternyata, selain menyehatkan badan, futsal juga memiliki banyak manfaat, seperti:

1. Kecerdasan. Saat bermain futsal, anak dituntut bisa melakukan improvisasi dalam menghadapi masalah dalam bermain. Pemain harus bisa mengeluarkan tekniknya secara spontan. Artinya, dengan futsal anak dapat mengembangkan intelegensinya.

2. Keahlian teknik. Dalam futsal, teknik lebih berperan ketimbang tenaga. Dengan begitu, anak dapat meningkatkan skill agar dia dapat melepaskan dri dari desakan lawan, mengontrol bola atau pergerakan kaki dengan dan tanpa bola.

3. Totalitas. Jumlah pemain futsal yang sedikit membuat seluruh pemain bermain dengan total. Baik saat menyerang atau pun bertahan. Dengan demikian si kecil akan belajar perlunya melakukan sesuatu dengan total, tak hanya saat bermain futsal.

4. Kecepatan. Ruang gerak yang tak begitu luas, menuntut para pemain futsal untuk bergerak cepat. Sehingga si kecil akan terbiasa untuk bergerak cepat dan tepat dalam melakukan suatu kegiatan.

5. Meningkatkan kebugaran jantung-paru. Futsal merupakan salah satu bentuk latihan aerobik. Latihan aerobik bila dilakukan secara teratur, yaitu minimal 3 kali seminggu, selama 30 menit setiap kali latihan, dengan intensitas sedang, maka dapat bermanfaat pada tubuh, yaitu dapat memelihara dan meningkatkan kebugaran jantung-paru. Pada anak-anak yang tingkat kebugaran jantung parunya baik, dapat menjalankan kegiatan di sekolah tanpa merasa mudah lelah dan mengantuk, sehingga diharapkan prestasi belajar meningkat.

6. Mencegah obesitas. Bermain futsal dapat mencegah anak-anak dari kegemukan dimana mereka banyak bergerak – tentu harus diimbangi dengan pola makan yang sehat.

7. Kerjasama tim. Dengan futsal anak dilatih untuk melaksanakan kerjasama dengan baik, karena futsal adalah permainan beregu, bukan individu. Dengan demikian bila ingin hasilnya baik maka perlu kerjasama yang baik antar anggota regu.

8. Rasa senang. Pada saat bermain futsal, tubuh mengeluarkan hormon endorphin yang menimbulkan rasa senang. Sehingga bila kita melakukan latihan fisik aerobik secara teratur kita dapat terhindar dari depresi dan kecemasan.

Yang patut diperhatikan

Jangan karena baik untuk tubuh, lantas bermain futsal setiap hari. Sebaiknya, futsal dilakukan 2x seminggu, diselingi 2-3 hari istirahat dengan tujuan memberi kesempatan pada tubuh untuk kembali ke keadaan awal.

Namun, jika bermain futsal hampir setiap hari, yang terjadi adalah rasa lelah yang berlebihan, mengantuk, konsentrasi menurun (tanda-tanda overtraining). Selain itu, yang harus diingat adalah lakukan pemanasan sebelum dan pendinginan setelah bermain futsal. Pemanasan dan pendinginan ini anak dapat jalan cepat selama 5-10 menit, dan gerakan peregangan pada bagian kepala, bahu, lengan, tangan, batang tubuh, paha, dan kaki. Semua ini untuk menghindari terjadinya cedera muskuloskeletal (terkilir) -¬ keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot – saat bermain futsal. (Sumber: Tabloid Mom & Kiddie)

bahwa Detikhealth melaporkan bahwa olahraga tidak hanya membuat tubuh jadi lebih bugar, pikiran juga ikut segar sehingga lebih mendukung proses belajar. Menurut penelitian terbaru, olahraga 5 kali sepekan bisa meningkatkan prestasi belajar siswa antara 55 hingga 68 persen.

Penelitian yang melibatkan ratusan siswa Sekolah Dasar di Charleston ini dilakukan oleh ilmuwan dari Medical University of South Carolina Children's Hospital. Hasilnya telah dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Pediatric Academic Societies di Denver awal bulan ini.

Dalam peneltian tersebut, siswa kelas 1 hingga kelas 6 diwajibkan mengikuti tambahan jam olahraga selama 40 menit/hari sebanyak 5 kali tiap pekan. Sebelumnya seperti dikutip dari Medicinenet, Rabu (4/5/2011), siswa hanya berolahraga sekali dalam sepekan dengan durasi sama yakni 40 menit.

Jenis olahraganya sengaja dipadukan dengan aktivitas belajar siswa. Misalnya kelas 1-2 belajar berhitung dengan naik turun tangga yang diberi warna, sementara kelas 3-6 diajak jogging di atas treadmill sambil membuka-buka materi pelajaran geografi.

Temuan ini menunjukkan bahwa makin sering siswa melakukan aktivitas fisik maka prestasi belajar akan meningkat. Peningkatannya akan lebih efisien jika aktivitas fisik tersebut juga dipadukan dengan proses belajar, sehingga tidak membutuhkan waktu tersendiri.

Berbagai penelitian sebelumnya memang menunjukkan, bahwa aktivitas fisik terbukti bisa meningkatkan fungsi otak. Menurut penelitian tahun 2010, jalan kaki 40 menit sehari sebanyak 5 kali/pekan bisa menjaga fungsi kognitif atau kecerdasan pada lansia maupun kaum muda. (sumber: detikhealth.com)