PENGUNJUNG YANG BAIK SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR

Dunia pendidikan Indonesia

Ketua panitia pengarah kongres, Prof. Sutaryo, menyebutkan pendidikan yang ada saat ini belum sesuai dengan karakter bangsa. Yang terlihat justru mengagung-agungkan konsep pendidikan barat, padahal lingkup sosial negara-negara maju cenderung eksploitatif dan mendidik manusia yang individualis. “Konsep pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara saat ini mengalami kebekuan. Yang terlihat justru pendidikan dengan konsep dari Barat menjadikan manusia individualis dan serakah, yang tentunya tidak pas dengan bangsa kita, juga melahirkan mentalitas ketidakpercayaan diri,” tuturnya, Jumat (5/4) di Balai Senat UGM. Sutaryo mencontohkan sebagian pelaku pendidikan merasa berhasil apabila anak didiknya memperoleh nilai akademis tinggi dan cepat terserap di dunia kerja dan memenangkan berbagai kompetisi, meskipun minim rasa kepekaan sosial, tepa slira, dan kebangsaan. “Padahal esensi pendidikan lebih jauh dari itu. Pendidikan adalah upaya pembangunan peradaban bangsa, mencetak manusia Indonesia yang berkarakter Pancasila,” jelas peneliti pada Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM ini. PEMBENTUKAN KARAKTER (M. Quraish Shihab) Karakter berbeda dengan temperamen. Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangsangan dari luar dan dari dalam. Ia berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang, sehingga sangat sulit diubah karena ia dipengaruhi oleh unsur hormon yang bersifat biologis. Sedang kakarter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang. Ia dibangun oleh pengetahuan, pengalaman, serta penilaian terhadap pengalaman itu. Kepribadian dan karakter yang baik merupakan interaksi seluruh totalitas manusia. Dalam bahasa Islam, ia dinamai rusyd. Ia bukan saja nalar, tetapi gabungan dari nalar, kesadaran moral, dan kesucian jiwa. Karakter terpuji merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif. Karena itu, ia berkaitan sangat erat dengan kalbu. Bisa saja seseorang memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi tidak memiliki karakter terpuji. Sebaliknya, bisa juga seseorang yang amat terbatas pengetahuannya, namun karakternya amat terpuji. "Sesungguhnya dalam diri manusia ada suatu gumpalan, kalau ia baik, baiklah seluruh (kegiatan) jasad dan kalau buruk, buruk pula seluruh (kegiatan) jasad. Gumpalan itu adalah hati”. Memang ilmu tidak mampu menciptakan akhlak atau iman, ia hanya mampu mengukuhkannya, dan karena itu pula mengasuh kalbu sambil mengasah nalar, memperkukuh karakter seseorang.

0 komentar:

Posting Komentar