Meningkatkan motivasi belajar diskusi kelompok dengan model jigsaw pada SDN Sumber Jeruk 3 Tahun Pelajaran 2008/2009
Kurdi
SDN Sumber Jeruk 3
Kecamatan Jambesari Darus Sholah
Abstrak : penelitan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan model Jigsaw pada siswa kelas IV SDn Sumber Jeruk 3 Tahun Pelajaran 2008/2009. Focus penelitian ini adalah rendahnya motivasi belajar melalui penerapan model diskusi kelompok . penelitian ini terdiri dari 3 siklus dengan prosedur (1)Perencanaan (2) Pelakasnaan tindakan (3)observasi (4) Refleksi
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model diskusi kelompok pada sekolah dasar diharapkan meningkatkan motivasi belajar siswa SDN Sumber Jeruk 3 Kecamatan Jambesari Darus Sholah.
Kata kunci : Motivasi belajar dengan tehnik diskusi
Ketika saya mengajar di kelas IV Tahun pelajaran 2008/2009 mata pelajaran IPA saya menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok pada saat proses berlangsung saya menemukan setiap kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja diskusi kelompok yang saya terapkan seharusnya bertujuan baik, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan kekurang harmonisan dan rasa tidak adil. Perasaan pesimis mengenai penggunaan metode diskusi kelompok atau kooperatif tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Data yang saya peroleh dari Kelas IV SDN Sumber Jeruk 3 pada tahun pelajaran 2008/2009 saat kegiatan pembelajaran berlangsung menggunakan metode diskusi kelompok atau kooperatif pada bidang studi IPA Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya dari jumlah murid 22 siswa hanya 36% yang aktif
Rendahnya kemampuan diskusi kelompok pada siswa mungkin disebabkan oleh tidak diberikannya tugas yg rata bagi setiap anggota kelompok sehingga timbul ketergantungan yang positif dalam anggota kelompok
Dari uraian dan permasalahan diatas perlu diatasi karena berakibat tujuan daripada model pembelajaran diskusi kelompok yang bertujuan menanamkan rasa kebersamaan dan keharmonoisan akan terganggu yang disebabkan timbulnya perasaan tidak adil dalam kegiatan diskusi misalnya siswa cenderung saling menyalahkan jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab.
Untuk mengatasi permasalahan diatas saya Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif dapat diciptakan melalui pembagian tugas kepada tiap anggota kelompok dan mereka bekerja untuk saling melengkapi. Dalam mata pelajara IPA misalnya, seorang anggota kelompok diberi tugas sebagai peneliti, yang lainnya seagai penyimpul, yang lainnya lagi sebagai penulis, yang lainya lagi sebagai pemberi semangat, dan ada pula yang menjadi pengawas terjalinya kerja sama. Metode pembelajaran diskusi kelompok distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan taanggung jawab pribadinya Penugasan untuk memerankan suatu fungsi semacam itu merupakan metode yang efektif untuk melatih keterampilan menjalin kerja sama.
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu temuan baru untuk memperbaiki metode pembelajaran dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang masih bersifat tradisional memberikan kejenuhan kepada siswa untuk belajar, sehingga mengurangi minat dan motivasi siswa untuk belajar materi pembelajaran.
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari atau enam siswa dengan karakteristik yang heterogen.
METODE
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui hasil penerapan model diskusi kelompok dalam kegiatan pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Sumber Jeruk 3
- Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. Guna memperbaiki model-model Pembelajaran yaitu khususnya model diskusi kelompok atau kooperatif.
- Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang model-model pembelajaran
- Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap Alam untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
- menanamkan pada diri siswa adanya sikap dan rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk bekerja sama dalan setiap kegiatan.
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 siklus. Setiap siklus dibagi dalam tiga kali pertemuan. Kegiatan pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus, dibarengi dengan pengamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Guru melaksanakan desain pembelajaran dengan metode diskusi yang telah direncanakan.
2. Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa secara kelompok untuk melaksanakan diskusi.
3. Guru melakukan pengamatan dari kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa.
4. Guru mengamati presentasi yang dilakukan oleh siswa secara kelompok.
5. Guru merekam data dan mengamati kegiatan siswa sesuai dengan laporan yang telah disusun dengan menggunakan alat perekam, pedoman pengamatan serta catatan lapangan.
Peneliti mengadakan telaah terhadap data-data hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan menyimpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektifitas desain pembelajaran dengan metode diskusi yang telah dirancang, dan menginventarisir daftar permasalahan yang muncul di lapangan yang untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada kegiatan berikutnya.
Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian, antara lain: pedoman observasi, dokumen, dan catatan lapangan. Instrument penelitian disusun secara fleksibel dengan harapan agar segala bentuk permasalahan yang mungkin timbul dapat dieliminir dan dapat dicarikan solusinya dengan cepat dan tepat.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa Format observasi digunakan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan alat/instrumen pedoman pe-ngamatan untuk memperoleh data yang berupa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa, yaitu aktifitas setiap siswa dalam kegiatan kelompok.
Untuk mengetahui kerjasama siswa melalui instrumen pengamatan, observer memberikan nilai skor sesuai dengan hasil pengamatan (lihat lampiran 1). Dalam lembar pedoman pengamatan disediakan empat (4) alternatif jawaban yaitu : skor 1 = tidak baik; skor 2 = kurang baik; skor 3 = baik; dan skor 4 = sangat baik. Observer hanya membubuhkan tanda centang ( Ö ) pada kolom yang sudah tersedia.
Ketrampilan kerja sama siswa dalam kelompok dapat dirumuskan dengan indikator sebagai berikut :
a). Menghargai kesepakatan b). Berpartisipasi secara aktif c). Memberikan penghargaan dengan menunjukkan simpati d). Menerima tanggung jawab Mendorong partisipasi e.Membuat ringkasan dan kesimpulan
Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan pelaksanaan ketrampilan kerja sama siswa dalam kelompok, digunakan kualifikasi sebagai berikut:
Prosentase0 – 50 Tidak baik51 – 65 Kurang baik66 – 85 Baik86 – 100 Sangat baik
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang berupa nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar selanjutnya disebut sebagai prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa dijaring melalui evaluasi pada saat sebelum pelaksanaan tindakan, setelah siklus I, dan setelah siklus II.
Siswa disebut memiliki prestasi belajar atau berhasil dalam proses kegiatan belajar mengajar apabila masing-masing siswa telah memperoleh nilai minimal 60. Sedangkan secara klasikal disebut berhasil atau tuntas belajar apabila minimal 85 % dari siwa telah memperoleh nilai minimal 60.
Untuk melengkapi informasi tentang pelaksanaan pembelajaran, parti-sipasi siswa, perlu dilakukan wawancara. Kegiatan wawancara digunakan sebagai ‘cross check’ apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas dalam proses pengamatan maupun dalam pengisian angket.
Pencatatan lapangan dilakukan dengan jalan mencatat berbagai kejadian yang dianggap penting pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, dan data tersebut belum terekam oleh instrumen yang lain. Dengan demikian diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini.
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan membuat kesimpulan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal penjaringan data.
2. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian. Hasil yang diperoleh dapat berupa pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi.
3. Menyusun keterkaitan atau pengaruh dari metode diskusi dengan prestasi belajar siswa.
4. Menyusun kesimpulan dari keterkaitan atau pengaruh yang ada.
Metode diskusi tidak akan dapat dilakukan secara efektif bila tidak melalui persiapan yang matang. Konsep dan kondisi siswa harus benar-benar sudah siap. Penjelasan tentang tugas masing-masing kelompok dalam kegiatan pembelajaran harus telah dipahami oleh masing-masing kelompok dengan benar. Selain itu penjabaran tugas yang harus dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupun secara kelompok juga harus terarah. Jika tidak, maka hasil yang diperoleh tidak akan menjadi maksimal.
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini dibedakan dalam tiga kegiatan, yaitu (1) pra tindakan, (2) siklus I, dan (3) siklus II
Kegiatan pra tindakan yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Sumber Jeruk 03, menemukan permasalahan yaitu prestasi belajar siswa rendah, sebagaimana ditunjukkan dalam hasil evaluasi pada pra tindakan (lihat lampiran 2), dapat diuraikan sebagai berikut : Secara individu, siswa yang sudah tuntas belajar, yaitu yang memperoleh nilai 60 atau lebih, ada 12 siswa atau sebesar 54.54 %. Sedangkan yang belum tuntas belajar ada 10 siswa atau sebesar 45.45 %.Jadi secara klasikal kegiatan pembelajaran belum tuntas belajar, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 atau lebih hanya 54.54 %.
Setelah mengkaji seluruh permasalahan serta menentuan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan, guru menyusun kelompok dan memberikan tugas untuk masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa dan ada yang beranggotakan 5 siswa. Jumlah kelompok ada 6 kelompok. Untuk selanjutnya masing-masing kelompok merencanakan tugas yang akan dilaksanakan pada setiap pertemuan, baik pada siklus I maupun pada siklus II.
Pada siklus pertama, guru peneliti melakukan tiga kali tatap muka. Setiap tatap muka terdiri dari dua jam pelajaran dengan waktu 45 menit setiap jam pelajaran. Setiap kali pertemuan, materi yang dibahas berbeda, tetapi merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya.
Siklus pertama dibagi dalam tiga pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar pada kegiatan pra tindakan, dapat dijabarkan sebagai berikut:
Perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut: pada kegiatan pendahuluan Guru memberikan motivasi kepada siswa dan Guru mengadakan apersepsi. Kegiatan inti Guru membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Ada dua kelompok yang beranggotakan 5 siswa. Jumlah kelompok ada 4 kelompok memberikan tugas kepada masing-masing kelompok. Siswa melakukan kerja kelompok. Guru membimbing kerja kelompok dan membimbing siswa dalam melakukan presentasi.
0 komentar:
Posting Komentar