PENGUNJUNG YANG BAIK SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR

Soal mengapa Obyektif

Pada saat mengembangkan soal-soal pilihan ganda untuk menguji kecakapan berpikir level tinggi dengan menggunakan model Taxonomi Bloom, kami menghadapi kesulitan dalam menentukan memenuhi atau tidak memenuhi kriteria berpikir pada tiap level. Kesulitan bertambah karena pengklasifikasian level kecakapan berpikir menggunakan model revisi buah pikiran Lorin Andersen dengan menambah level berkreasi. Kita pahami bahwa Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 sebagai Revisi Taksonomi Bloom. Perbedaan dari konsep sebelumnya adalah pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dilihat dari sisi jumlah tidak berubah dari sebelumnya. Namun, Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada 1). Juga, pada konsep baru semua keterampilan dinyatakan dalam kata kerja yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganilis, mengevaluasi, dan berkreasi. Berkreasi Bagaimana tanda bahwa Anda telah berkreasi. Uraian pada 2) , Anda termasuk dalam kelompok yang berkreasi jika telah mendapatkan hal-hal di bawah ini. * Menemukan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya * Menemukan sesuatu yang ada di tempat lain yang belum anda sadari sebagai dasar pembaharuan. * Menciptakan sebuah proses baru untuk melakukan sesuatu * Mengulang kembali proses yang telah ada atau menghasilkan produk lama ke pasar yang baru atau berbeda * Mengembangkan cara baru dalam memandang sesuatu atau menyuntikan ide baru ke dalam eksistensi tertentu. * Mengubah cara orang lain melihat sesuatu Untuk memperoleh gagasan seperti yang terurai di atas, menurut Stella Ottrell 3) , perlu malukan lima langkah berpikir kreatif, yaitu: * Tundalah keinginan untuk menlai ketika Anda mencari ide-ide * Galilah ide sebanyak mungkin * Bualah daftar ide yang telah Anda dapat dengan mencatatnya. * Lanjutkan dengan menguraikan ide atau memperbaiki ide-ide * Biarkan pikiran bawah sadar Anda untuk menghasilkan ide-ide dengan menginkubasinya atau menyimpan ide baru Anda dalam pengeraman yang memungkinkan ide terus tumbuh. Dari mana Anda peroleh ide-ide itu? Menurut Yodia Antariksa, ada empat pilar keterampilan berpikir kreatif, inovatif, seperti yang dinyatakannya dalam 4) , yaitu: Elemen 1 : Associating. Keterampilan asosiasi adalah sejenis kemampuan untuk menghubungkan sejumlah perspektif dari beragam disiplin yang berbeda guna membangun satu gagasan baru yang bersifat kreatif. Elemen 2 : Questioning. “Kecerdasan seseorang tidak diukur dari seberapa bagus ia memberikan jawaban, namun dari ketrampilannya meracik pertanyaan”. Contoh keterampilan yang dikembangkan: Pertanyaan mana yang paling sesuai dengan pernyataan di atas? Elemen 3 : Observing. Dari kemampuan untuk melakukan observasi inilah, sesungguhnya telah banyak ide kreatif dilahirkan. lemen 4 : Experimenting. Kita mengenal kisah indah dari Thomas Alva Edison puluhan tahun silam : ia telah melakukan eksperimen sebanyak dua ribu kali sebelum akhirnya menemukan bohlam. Setiap penyusun soal perlu mempertimbangkan setiap penyataan pikiran dari tiga dimensi, yaitu Pertama: langkah atau proses berpikir. * Kedua: kompleksitas materi * Ketiga : Kebenaran isi. * Berikut enam level berpikir dalam ranah kognitif. Level 6: Berkreasi Berkreasi artinya berimajinasi atau mencipatakan ide, bentuk, disain, metode, menggunakan alat baru, pelayanan baru, atau mendapatkan hasil yang baru. Bisa juga menerapkan cara lama namun digunakan dalam lingkungan baru sehingga menghasilkan hal baru di tempat yang berbeda. Menerapkan ide lama dalam pekerjaan yang barbeda sehingga ada penyempurnaan gagasan sehingga tujuan, target menjadi berbeda daripada sebelumnya. Berdasarkan penjelasan singkat dapat diidentifikasi bahwa berkreasi dapat menggunakan kata kunci berikut: 1. Memilih cara baru 2. Mengkombinasikan…. 3. Mengembangkan struktur baru…. 4. Mendisain peraga baru.. 5. Mendisaian cara baru… 6. Mengintegrasikan cara baru dengan yang telah ada….. 7. Menemukan hal baru….. 8. Mengmoles dengan warna baru….. pakaian yang berbeda…. 9. Mengorganisasikan ide lama dengan cara baru…. 10. Menggantikan tim lama dengan tim baru…. Contoh pertanyaan: 1. Mengapa Anda perlu mengubah tujuan? 2. Mengapa Anda menetapkan target yang lebih tinggi? 3. Alternatif pikiran manakah yang paling mungkin yang dapat Anda pilih? 4. Pikiran mana yang perlu Anda ubah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik? 5. Manakah cara yang paling Anda sukai? 6. Memilih cara baru…?, 7. Mengkombinasikan…. 8. Mengembangkan struktur baru….? 9. Mendisain strategi baru..? 10. Mendisaian cara baru…? Level 5: Evaluasi Keterampilan berpikir pada level ini merefleksikan kemampuan menyajikan atau mempertahankan pendapat berdasarkan penilaian atau pengukuran informasi, validitas ide, atau kualitas kerja berdasarkan seperangkat kriteria. Mengevaluasi berarti mengukur atau menilai kekuatan, keunggulan, kelemahan; membandingkan dua atau beberapa hal sehingga diperoleh kesimpulan yang paling kuat, paling lemah, paling profektif dsb. Model pertanyaan: 1. Apakah Anda setuju dengan tindakan? Argumentasi mana yang paling sesuai dengan pikiran Anda? 2. Setelah membaca pernyataan di atas, opini mana yang paling Anda pertimbangkan paling sesuai . . . ? 3. Jika Anda tidak setuju dengan pernyataan di atas, Alasan mana yang paling sesuai dengan kriteria yang seharusnya Anda terapkan? 4. Tindakan mana yang paling sesuai dengan asas pengembangan…..? 5. Jika anda menyutujui itu, Mengapa Anda memilihnya? 6. Setelah Anda membaca pernyataan di atas, menurut Anda rekomdasi mana yang paling tepat ….? 7. Untuk mendapatkan kesimpulan argumentasi tersebut kuat atau lemah, teknik evaluasi mana yang Anda pilih? 8. Dari beberapan itu mana yang Anda priritaskan, mangapa? 9. Berdasarkan pengetahuan yang Anda kuasai tentang penilaian…..penjelasan mana yang argumentasinya paling kuat? 10. Perhakan kesimpulan, informasi mana yang paling menunjang kesimpulan di atas? 11. Jika dua pernyataan itu dibandingkan, maka mana yang paling baik argumentasinya? Level 4: Analysis Pada level ini soal menguji kemampuan mengurai informasi ke dalam beberapa bagian, mengidentifikasi motif, dan penyebab; merumuskan kesimpulan, menyusun bukti-buktu yang mendukung kesimpulan. Kemampuan sitesis adalah lebih menekankan pada kemampuan untuk mengintegrasikan informasi yang tersebar, menghimpun berbagai penemuan sehingga dapat dirangkai menjadi kesimpulan atau alternatif solusi. Dalam kecakapan berpikir analisis-sintesis menggunakan kata analisis, mengurai, membagi, menginspeksi, survey, membedakan, menyusun daftar, menggambarkan hubungan, merumuskan kesimpulan,dsb. Contoh pertanyaan: 1. Bagian mana yang menurut Anda paling menentukan hasil….? 2. Bagimana hubungannya sehingga hal itu berpengaruh…? 3. Mengapa anda pikir bahwa tema itu menjadi faktor utama…? 4. Motif utama ada pada pernyatan mana? 5. Perhatikan pernyataan di atas, mana yang masuk dalam kategori…? 6. Skema mana yang paling sesuai dengan pernyataan di atas? 7. Perhatikan tabel, bagian mana yang paling penting untuk mendapat perhatian? 8. Bagaimana hubungan antara…….dengan ,,,,,,? 9. Dapatkan Anda dapat membedakan antara….dengan ,,,,? 10. Apakah antara….dengan …..menunjkan fungsi yang berbeda? Level 3: Aplikasi – pada level ini soal menguji kemampuan memecahkan masalah melalui penerapan ilmu pengetahuan, teori, pnsip, prosedur dengan menggunakan fakta, data, informasi, dan berbagai teknik dalam berbagai kondisi yang berbeda. Kata kunci yang dalam keterampilan ini meliputi; menerapkan, membangun, memilih, menyusun, mengembangkan, mengorganisasikan, mengaplikasikan, mencoba…., merencanakan untuk …., menyeleksi, memecahkan,,,, membuat model, dan mengidentifikasi berdasarkan…. Contoh pertanyaan; 1. Contoh mana yang dapat Anda pilih……dari sejumlah alternatif berikut ? 2. Bagaimana anda memecahkan masalah ……..dengan menggunakan pengetahuan yang telah Anda peroleh? 3. Bagaimana mengintegrasikan …….agar lebih mudah dipahami? 4. Cara mana yang Anda gurnakan agar materi itu lebih mudah dipahami? 5. Bagaimana cara mengembangkan keterampilan …….agar rencana lebih mudah diterapkan. ? 6. Apa hasilnya jika anda menerapkan……… ? 7. Penggunaan teori mana yang menurut Anda paling efisien . . . ? 8. Elemen apa yang akan anda tambahkan untuk mendapat hasil terbaik? 9. Penggunaan informasi yang mana yan gpaling sesuai untuk menunjukkan bahwa tindakan itu perlu segera? 10. Pertanyaan seperti apa jika dalam interview . . . ? Level 2: Memahami Pada level ini soal menguji kecakapan berpikir sehingga seseorang dapat menjelaskan, membandingkan, membedakan, menterjemahkan, menafsirkan, mendeskripsikan, mengilustrasikan konsep atau ide. Contoh pertanyaan: 1. Yang mana pengelompokkan …… yang paling tepat? 2. Apa beda antara ….dengan ……? 3. Penafsiran yang paling sesuai dari data itu? 4. Apa ciri pembeda yang palinga kontras antara….dengan ,,,,,? 5. Pernyatan yang paling sesuai dengan …. adalah…? 6. Apa masalah utama dalam pernyataan di atas? 7. Pernyataan mana yang paling mendukung pernyataan di atas? 8. Dapatkah anda menjelaskan apa yang sesungguhnya yang terjadi? 9. Dapatkan Anda pilih pernyatan mana sebenarnya yang sebaiknya Anda pilih? 10. Pertanyaan mana yang paling tepat untuk merumuskan masalah dalam pernyatan di atas …? 11. Bentuk ringkasan mana yang paling sesuai . . . ? Level 1: Mengingat Pada level ini menguji kemampuan untuk menyatakan ulang materi yang dipelajari sebelumnya, mengingat kembali definisi, fakta, pernyataan, atau konsep dasar dengan mengandalkan daya ingat. Contoh pertanyaan: 1. Apakah …..? 2. Bagaimana prinsipnya 3. Berapa banyak syarat yang Anda ingat 4. Kapan itu dimulai…? Berikut Contoh Soal C6 untuk menguji kecakapan berpikir menentukan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya sehingga pekerjaan itu menjadi model pembaharuan yang akan dilakukannya. Bapak X memimpin sekolah di desa yang berjarak 7 kilometer dari ibu kota kecamatan. Tidak semua lulusan dari sekolahnya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebagian besar lulusan mencari nafkah di kota-kota besar. Karena itu, Bapak X selalu berusaha mengarahkan guru di sekolahnya agar mengajar dengan penuh keihlasan untuk membekali siswanya dengan pengetahuan sama dengan murid di perkotaan. “Kita gunakan sumber belajar yang sama”, begitulah yang sering dia katakan. Lain lagi dengan Ibu Y, ia menjadi kepala sekolah di pusat kota, berjarak 2 kilometer saja dari kantor gubernur. Di sekolahnya belajarlah anak-anak terpandai di kotanya. Harapan kepala sekolah dan guru-guru pada sekolah ini sangat tinggi. Dalam dua tahun terakhir mereka berjuang membantu siswanya agar dapat meraih juara matermatika dalam olimpiade tingkat nasional, namun prestasi yang sekolah dambakan belum dapat mereka raih. Strategi pembaharuan yang paling penting yang dapat Saudara rekomendasikan kepada kedua kepala sekolah sesuai dengan prinsip pencapaian standar dalam mewujudkan cita-citanya ialah….. A. menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang meliputi kegiatan pemenuhan delapan standar nasional pendidikan dengan berlandaskan pencapaian program pada tahun sebelumnya. B. menentukan tujuan RKAS dengan indikator target pencapaian yang terukur, meenggunakan instrumen pengukuran, dan mengolah data yang terhimpun untuk memastikan proses belajar dan hasil belajar memenuhi target. C. mengembangkan visi-misi sekolah yang dirumuskan bersama oleh seluruh pemangku kepentingan serta hasilnya disosialisasikan sehingga seluruh kegiatan pembaharuan yang sekolah laksanakan mengarah pada pencpaian visi-misi. D. merencanakan dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa mengembangkan kompetensi dan potensi dirinya sehingga dapat beradaptasi dengan tantangan kehidupan yang nyata pada lingkungannya. Analsis soal: Pengetahuan yang perlu seorang kepala sekolah adalah menguasai cara memenuhi standar yaitu menetapkan target pada tiap indikator pencapaian tujuan dan mengukur pencapaian target. Untuk mengukur pencapaian, kepala sekolah wajib memiliki instrumen dan menggunakan instrumen pengukuran. Daya analisis dua kasus yang sama-sama memiliki target yang berbeda menguji kecakapan berpikir untuk mengenali fakta, menganalisis kesamaan dan perbedaan, menarik kesimpulan, dan menerapkan konsep dalam pelaksanaan tugas. Kompleksitas berpikir yang ditunjukkan mendapat tantangan untuk memiliki jawaban yang paling sesuai dari kasus yang berbeda. Referensi: 1) http://www.hilman.web.id/posting/kat/14/design.htm2) http://www. brainstorming.co.uk/ tutorials/creativethinking.html,

Pemahaman konsep Elaborasi, Eksplorasi, Konfirmasi

Behaviorisme adalah teori yang berlandaskan pada prinsip stimulus-respon. Menurut teori ini seluruh perilaku manusia muncul karena rangsangan eksternal. Tokoh yang berkontribusi pada teori ini di antaranya adalah Ivan Pavlov. Dengan menggunakan teori itu sebagai dasar pengelolaan kegiatan pembelajaran, peran utama pendidik sebagai faktor eksternal harus memberikan rangsangan kepada siswa agar siswa mampu merespon dengan baik serta meningkatkan perhatian atas apa yang harus dipelajarinya. Guru juga berperan agar respon yang siswa berikan diarahkan pada prilaku yang guru harapkan. Tidak semua pakar sependapat dengan teori itu. Alasannya, respon dalam teori behaviorisme hanya berlaku pada hewan. Secara faktual kekuatan pada diri manusia tidak sesederhana itu. Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat menunjukkan tingkat aktivitas yang jauh lebih sempurna. Manusia dapat mengembangkan aktivitas pikirannya jauh lebih kompleks. Manusia tidak hanya dapat merespon, namun dapat mengembangkan potensi pikirannya tanpa ada stimulus dari luar dirinya sekalipun. Manusia menunjukan kelebihannya sebagai konsekuensi dari proses berpikir atas akal yang dimilikinya. Sekali pun prilaku siswa menunjukan kompleksitasnya, namun perubahan perilaku siswa dapat diamati terutama dari hasil belajarnya. Pandangan seperti ini muncul dari pihak yang pro kognitivisme. Penganut kognitivisme mengibaratkan pikiran manusia seperti komputer; mendapat input informasi, memproses informasi, dan menghasilkan outcomes tertentu. Alur sistem ini selanjutnya dijadikan landasan dalam meningkatkan mutu belajar. Para ahli dari kelompok kognitif pada dasarnya berargumen bahwa “kotak gelap” otak manusia itu harus dibuka dan dipahami. Para pembelajar dipandang sebagai prosesor informasi dalam komputer. Oleh karena itu terdapat beberapa kata kunci dalam usaha memahami kecakapan berpikir seperti : skema, pengolahan informasi, manipulasi simbol, pemetaan informasi, penafsiran informasi, dan mental model. Studi kognitivisme berfokus pada kegiatan batin atau mental, membuka kotak gelap pikiran manusia agar dapat memahami bagaimana orang belajar. Proses mental seperti berpikir, mengingat, mengetahui, memahami, memecahkan masalah perlu dicermati dengan teliti. Pengetahuan dapat dipahami sebagai skema atau konstruksi simbol-simbol mental. Belajar dipandang sebagai proses perubahan pada pikiran siswa. Elaborasi Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi, pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan kognitif. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana University dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi. Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih detil. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam “episode belajar”. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari. Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi. Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini. * Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan. * Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya. * Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat. * Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori. Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, (1) urutan elaborasi (2) urutan prasyarat belajar (3) ringkasan (4) sintesis (5) analogi (6) strategi kognitif, dan (7) kontrol terhadap siswa. Komponen terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian. Semua stratregi itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam pengembangan ide atau keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya. Contoh yang tepat untuk ini adalah peserta didik yang memiliki daftar contoh konsep atau sifat yang dapat bermanfaat. Eksplorasi Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat siswa temukan, namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini ialah “explorative learning”. Konsep ini mengingatkan kita pada pernyataan Lao Tsu, seorang filosof China yang menyatakan “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.” Jaringan komputer pada saat ini telah dikembangkan menjadi media yang efektif sebagai penunjang efektifitas pelaksanaan pembelajaran eksploratif. Salah satu model yang dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture of Integrated Information System sebagai model terintegrasi yang menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang efektif dan interaktif. Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H. Adelsberger, 2000). Peta Konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang (1) interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh pengalaman yang bermakna. Ada pun konsep tersebut dapat disajikan seperti diagram di bawah ini : Pendekatan eksploratif berkembang sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains. Sylvia Luretta dari Fakultas Pendidikan Queensland misalnya, mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi pelajaran. Dari pengalaman menggunakan model kooperatif dan kolaboratif dalam praktek pembelajaran pengelolaan kelas ternyata mampu meningkatkan kinerja belajar siswa dalam melakukan langkah-langkah eksploratif. Model pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti yang dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih mendalam. Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu siswa menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki. Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya siswa menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna. Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar. Konfirmasi Kebenaran ilmu pengetahuan itu relatif. Sesuatu yang saat ini dianggap benar bisa berubah jika kemudian ditemukan fakta baru yang bertentangan dengan konsep tersebut. Oleh karena itu, sikap keilmuan selalu terbuka dalam memperbaiki pengetahuan sebelumnya berdasarkan penemuan terbaru. Sikap berpikir kritis dan terbuka seperti itu telah membangun sikap berpikir yang apriori, yaitu tidak meyakini sepenuhnya yang benar saat ini mutlak benar atau yang salah mutlak salah. Semua dapat berubah. Cara berpikir seperti itu tercermin dalam istilah mental model yang mendeskripsikan sikap berpikir seseorang dan bagaimana pikirannya berproses dalam kehidupan nyata. Hal tersebut merepresentasikan proses perubahan sebagai bagian dari persepsi intuitif. Mental model itu membantu seseorang dalam mendefinisikan maupun menetapkan pendekatan untuk memecahkan masalah (wikipedia). Dengan sikap berpikir seperti itu siswa dapat mengembangkan, mengembangkan ulang, dan menggugurkan pengetahuannya jika telah menemukan kebenaran yang lain. Mental model itu juga dapat melahirkan keraguan terhadap informasi yang diperolehnya. Untuk meningkatkan keyakinan akan kebenaran maka siswa dapat difasilitasi dalam mengembangkan model struktur sseperti pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi atau klarifikasi. Model ini dapat dinyatakan dalam diagram seperti tertuang di bawah ini meliputi enggage, explore, explain, extend, dan berpusat pada pengembangan kemampuan mengevaluasi sebagaimana yang dikembangkan Anthony W. Lorsbach dari Universitas Illinois sebagai berikut Dalam prakteknya guru meningkatkan kemampuan ini melalui pengembangan materi. Baik mengenai hal apa yang ingin diketahui siswa lebih jauh, seperti apa tingkat pemahaman dan penguasaan yang ingin dikembangkan dan keraguan apa yang melekat dalam pemahaman tersebut. Sikap keraguan itu perlu dijawab dengan mengkonfirmasikan terhadap unsur-unsur yang dapat meningkatkan kejelasan atas kebenaran suatu informasi. Siswa melakukan uji kesahihan apakah informasi yang dijadikan landasan kesimpulan itu benar-benar kuat. Penguatan itu sendiri diperoleh melalui kegiatan eksplorasi melalui perluasan pengalaman, elaborasi melalui sharing dan observation, proses dan genaralisasi dan akhirnya siswa menerapkan pembelajaran yang berstandar dengan merujuk pada paradigma kognitifisme.

Dunia pendidikan Indonesia

Ketua panitia pengarah kongres, Prof. Sutaryo, menyebutkan pendidikan yang ada saat ini belum sesuai dengan karakter bangsa. Yang terlihat justru mengagung-agungkan konsep pendidikan barat, padahal lingkup sosial negara-negara maju cenderung eksploitatif dan mendidik manusia yang individualis. “Konsep pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara saat ini mengalami kebekuan. Yang terlihat justru pendidikan dengan konsep dari Barat menjadikan manusia individualis dan serakah, yang tentunya tidak pas dengan bangsa kita, juga melahirkan mentalitas ketidakpercayaan diri,” tuturnya, Jumat (5/4) di Balai Senat UGM. Sutaryo mencontohkan sebagian pelaku pendidikan merasa berhasil apabila anak didiknya memperoleh nilai akademis tinggi dan cepat terserap di dunia kerja dan memenangkan berbagai kompetisi, meskipun minim rasa kepekaan sosial, tepa slira, dan kebangsaan. “Padahal esensi pendidikan lebih jauh dari itu. Pendidikan adalah upaya pembangunan peradaban bangsa, mencetak manusia Indonesia yang berkarakter Pancasila,” jelas peneliti pada Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM ini. PEMBENTUKAN KARAKTER (M. Quraish Shihab) Karakter berbeda dengan temperamen. Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangsangan dari luar dan dari dalam. Ia berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang, sehingga sangat sulit diubah karena ia dipengaruhi oleh unsur hormon yang bersifat biologis. Sedang kakarter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang. Ia dibangun oleh pengetahuan, pengalaman, serta penilaian terhadap pengalaman itu. Kepribadian dan karakter yang baik merupakan interaksi seluruh totalitas manusia. Dalam bahasa Islam, ia dinamai rusyd. Ia bukan saja nalar, tetapi gabungan dari nalar, kesadaran moral, dan kesucian jiwa. Karakter terpuji merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif. Karena itu, ia berkaitan sangat erat dengan kalbu. Bisa saja seseorang memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi tidak memiliki karakter terpuji. Sebaliknya, bisa juga seseorang yang amat terbatas pengetahuannya, namun karakternya amat terpuji. "Sesungguhnya dalam diri manusia ada suatu gumpalan, kalau ia baik, baiklah seluruh (kegiatan) jasad dan kalau buruk, buruk pula seluruh (kegiatan) jasad. Gumpalan itu adalah hati”. Memang ilmu tidak mampu menciptakan akhlak atau iman, ia hanya mampu mengukuhkannya, dan karena itu pula mengasuh kalbu sambil mengasah nalar, memperkukuh karakter seseorang.