Diantara berbagai masalah atau kesulitan siswa dalam keterampilan menulis ka-rangan yang merupakan kesulitan pokok adalah penyusunan kalimat efektif, penggunaan ejaan dan pungtuasi. Hal ini ditandai dengan tidak gramatikalnya atau tidak jelasnya maksud kalimat dalam karangan, pemakaian ejaan dan pungtuasi yang masih kurang tepat (Yeti Mulyati, 1999).
Kemudian sering kita lihat, siswa tidak dilibatkan dalam menilai (mengkritisi ) hasil karangan. Sehingga mereka kurang mendapatkan pengalaman langsung dalam ber-latih dan melihat kesalahannya sendiri, yang pada gilirannya mereka kurang terasah dan kurang peka dalam kemampuan menulis. Untuk itulah ditawarkan model conference writing dalam pembelajaran menulis karangan, agar pembelajarannya menjadi kompre-hensif, simultan, interaktif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, dengan harapan ke-mampuan menulis karangan siswa menjadi lebih meningkat
Bagaimanakah model conference writing dapat meningkatkan kompetensi menulis karangan
Definisi Operasional
Kesamaan pandangan dalam memahami sebuah masalah dalam penelitian amat diperlukan. Untuk keperluan itu, di sini perlu dikemukakan definisi-definisi operasional sebagai berikut :
1. Menulis karangan adalah suatu proses kegiatan seseorang yang hendak mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya kepada orang lain atau dirinya sendiri dalam bentuk tulisan (I. K. Natia, 1994).
2. Kompetensi adalah kemampuan menguasai gramatikal suatu bahasa secara
abstrak atau batiniah (KBBI, 2002).
3. Conference writing adalah strategi menulis bersama (kelompok) dengan melakukan kegiatan saling merespon, menyunting, mengecek dan mempre-
sentasikan/mempublikasikan hasil karangan.
Model Conference Writing
Sebagai aktifitas, sekurang-kurangnya terdapat empat unsur dalam menulis, yaitu
penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran tulisan, dan pembaca se-bagai penerima pesan. Ditinjau dari keempat unsur aktifitas tersebut, menulis pada haki-katnya adalah sebuah proses. Oleh karena itu, sebuah tulisan tidak dapat ditulis sekali jadi, tetapi melalui proses dan tahapan.
Menurut Hairstone seperti dikutip oleh Barokah Santoso (BPG, 2003) proses a-tau tahapan menulis itu terdiri dari empat yaitu, yaitu (1) tahap persiapan (preperation stage), (2) tahap inkubasi (incubation stage, (3) tahap pencerahan dan pelaksanaan (illu-mnination and execution stage), dan (4) tahap verifikasi (verification stage).
Pada tahap persiapan, seorang penulis berusaha menggali dan memperluas peng-alamannya. Pengalaman bukan hanya berarti fisik, seperti pengalaman perjalanan, ber-wisata, dan sebagainya, melainkan juga bersifat psiokis, seperti membaca buku, berdis-kusi, mendengarkan ceramah, dan sebagainya. Jika usaha menggali dan memperkluas pengalaman ini sudah dilakukan, seorang penulis akan memulai mengidentifikasi per-soalan, memilih topik, dan membatasi topik yang akan ditulisnya. Sekaligus penulis a-kan menentukan tujuan dan memikirkan sejumlah strategi pengumpulan bahan untuk tu-lisannya.
Tahab inkubasi merupakan tahapan bahwa seorang penulis merenung dan memi-kirkan terus-menerus tentang tulisannya. Dengan kekuatan sadar dan bawah sadar, penu-lis memproses, mengevaluasi, menyeleksi, dan menggabung-gabungkan atau menghu-bung-hubungkan semua informasi untuk tulisannya.
Pada tahap pencerahan dan pelaksanaan, penulis menyusun ide-ide pokok untuk tulisannya dalam bentuk kerangka tulisan (out line). Setelah itu penulis mulai mengem-bangkan tulisannya dalam bentuk buram (draft).
Pada tahap akhir yakni tahap verifikasi, penulis mengadakan pengecekan ulang terhadap tulisannya, dari organisasi tulisan, konsistensi alur pikiran atau penalaran, hing-ga penggunaan bahasa dan ejaan. Pada tahap verifikasi ini, penulis mengedit keseluruh-an tulisannya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Kira kira buku yang membahas model conference writing itu buku apa. Dan siapa pengarangnya.. Tolong infonya
Posting Komentar