PENGUNJUNG YANG BAIK SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR

Cash studi

Ketika saya mengajar di kelas IV Tahun pelajaran 2008/2009 mata pelajaran IPA saya menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok pada saat proses berlangsung saya menemukan setiap kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang saya terapkan seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasaan dan kekecewaaan. yang merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok, Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Kekawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan taanggung jawab pribadinya karena ada sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.
Maka sayas mencoba Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif dapat diciptakan melalui pembagian tugas kepada tiap anggota kelompok dan mereka bekerja untuk saling melengkapi. Dalam mata pelajara IPA misalnya, seorang anggota kelompok diberi tugas sebagai peneliti\, yang lainnya seagai penyimpul, yang lainnya lagi sebagai penulis, yang lainya lagi sebagai pemberi semangat, dan ada pula yang menjadi pengawas terjalinya kerja sama. Penugasan untuk memerankan suatu fungsi semacam itu merupakan metode yang efektif untuk melatih keterampilan menjalin kerja sama.

1. identifikasi masalah
Dari uraian diatas pengelolaan metode diskusi yg bagaimana sehingga dapat efektif dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Analisis dan rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan diatas saya ingin melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu Apakah pembelajaran diskusi kelompok pada siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas IV Pada SDN Sumber Jeruk 3

PENDEKATAN KONTEKSTUAL PEMBELAJARAN

A. Latar belakang

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang

Pendekatan kontektual(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

B. Pemikiran tentang belajar

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar
• Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
• Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
• Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
• Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
• Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
• Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide
• Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar


• Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
• Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
• Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

• Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
• Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
• Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
• Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya lingkungan Belajar

• Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
• Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
• Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar
• Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

D.Pengertaian CTL
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

BAB 2

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS


CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

A. Tujuh Komponen CTL

1. KONSTRUKTIVISME

 Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
 Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

2. INQUIRY

 Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
 Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. QUESTIONING (BERTANYA)

 Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
 Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

4. LEARNING COMMUNITY (MASYARAKAT BELAJAR)

• Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
• Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
• Tukar pengalaman
• Berbagi ide
5. MODELING (PEMODELAN)

• Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
• Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya


6. REFLECTION ( REFLEKSI)

 Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
 Mencatat apa yang telah dipelajari
 Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. AUTHENTIC ASSESSMENT (PENILAIAN YANG SEBENARNYA)

 Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
 Penilaian produk (kinerja)
 Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

B. Karakteristik Pembelajaran CTL

 Kerjasama
 Saling menunjang
 Menyenangkan, tidak membosankan
 Belajar dengan bergairah
 Pembelajaran terintegrasi
 Menggunakan berbagai sumber
 Siswa aktif
 Sharing dengan teman
 Siswa kritis guru kreatif
 Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
 Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain


BAB 3


MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.

1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standara Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Problem Based Instruction (PBI)

Disadur oleh:
Bagod Sudjadi
LPMP Jawa Timur
2005

Pendahuluan

Esensi dari problem based instruction (PBI) terdiri dari menyajikan kepada siswa tentang situasi masalah yang autentik serta bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan penemuan. Tujuan dari PBI ini adalah untuk membantu para siswa belajar materi akademik dan keterampilan pemecahan masalah dengan melibatkan dalam masalah situasi yang nyata.


Ciri-ciri Khusus PBI

Beragam pengembang dari problem based instruction sudah menguraikan model pengajaran ini dengan ciri-ciri sebagai berikut.

• Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran ini bukannya mengorganisasikan disekitar khususnya prinsip-prinsip akademik atau keterampilan tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah adalah mengorganisasikan pengajaran dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan atau masalah di sekitarnya sehingga memberikan makna kepada siswa secara pribadi dan penting secara sosial. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai , macam solusi untuk situasi itu.
• Memfokuskan kepada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
• Penyelidikan autentik. Pengajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik yang mencoba penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.Tentu saja, metode yang digunakan bergantung pada masalah alamiah yang dipelajari.
• Menghasilkan karya dan memamerkannya. Pengajaran berdasarkan maslah meminta siswa untuk menghasilkan karya dalam bentuk artefak atau karya nyata dan memamerkannya yang menjelaskan atau mewakili solusinya.
• Kolaborasi. Seperti model pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lain, yang paling sering adalah saling berpasangan atau dalam kelompok kecil. Kerjasama memberikan motivasi bagi kelangsungan yang melibatkan tugas-tugas yang lebih kompleks serta memberi kesempatan berbagi penemuan, dialog serta untuk pengembangan keterampilan sosial dan berpikir.


Tujuan Pengajaran dan Hasil Belajar

Pengajaran berdasarkan maslah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran langsung dan ceramah lebih cocok untuk tujuan ini. Bahkan, pengajaran berdasarkan masalah utamanya adalah membantu siswa mengembangkan, kemampuan berpikirnya, keterampilan memecahkan masalah dan intelektualnya; belajar berbagai peran orang dewasa dengan melibatkan pengalaman nyatanya atau melalui simulasi situasi; serta menjadi tidak bergantung, pebelajar yang mandiri. Diskusi singkat tentang tiga tujuan pengajaran ini diuraikan secara singkat berikut ini.

Keterampilan berpikir dan memecahkan masalah

Apakah keterampilan berpikir itu dan khususnya apakah keterampilan berpikir tingkat tinggi itu?
Kebanyakan definisi-definisi yang telah diajukan memberikan uraian abstraksi proses-proses intelektual sebagai berikut.

 Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan memberikan alasan.
 Berpikir merupakan mewakili simbolik (melalaui bahasa) objek-objek nyata dan peristiwa-peristiwa serta menggunakan simbol-simbol tersebut untuk mengungkap orinsip-prinsip objek dan peristiwa tersebut.
 Berpikir merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritisi, dan meraih kesimpulan yang didasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang cermat.

Yang perlu kita pertimbangkan adalah pernyataan Lauren Resnick (1987) tentang apakah yang ia tetapkan sebagai berpikir tingkat tinggi berikut ini.

 Berpikir tingkat tinggi adalah nonalgoritmik. Yaitu, alur tindakan yang tidak sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya.
 Berpikir tingkat tinggi cenderung menjadi kompleks. Keseluruhan alur tidak dapat ”diamati” dari satu sudut pandang.
 Berpikir tingkat tinggi seringkali menghasilkan multi solusi , yang masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya, daripada solusi tunggal.
 Berpikir tingkat tinggi melibatkan nuansa pertimbangan dan interpretasi.
 Berpikir tingkat tinggi melibatkan penerapan multi kriteria yang kadang-kadang bertentangan satu dengan yang lain.
 Berpikir tingkat tinggi seringkali melibatkan ketidakpastian. Tidak semuanya yang berhubungan dengan tugas diketahui.
 Berpikir tingkat tinggi melibatkan pengaturan-diri tentang proses berpikir. Kita tidak mengakui berpikir tingkat tinggi pada seseorang ketika orang lain ”memanggil dan bermain” untuk membantunya pada setiap langkah yang dilakukan.
 Berpikir tingkat tinggi pencarian makna, menemukan struktur pada keadaan yang tidak teratur.
 Berpikir tingkat tinggi adalah bekerja penuh. Ada pengerahan pekerjaan mental yang melibatkan berbagai elaborasi dan perimbangan yang diperlukan.

Peranan Pemodelan Orang Dewasa

Resnick (1987) menguraikan bagaimana pembelajaran sekolah, seperti yang dialami sekolah traadisional, berbeda dalam empat cara penting dari aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah. Keempat hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran di sekolah memfokuskan pada kinerja individu, sementara di luar
sekolah kerja mental melibatkan kolaborasi dengan yang lain.
2. Pembelajaran di sekolah memfokuskan pada proses berpikir tanpa bantuan, sementara aktivitas mental di luar sekolah biasanya melibatkan perangkat-perangkat kognitif, seperti komputer, kalkulator, dan instrumen ilmiah yang lain.
3. Pembelajaran di sekolah yang mengembangkan berpikir simbolik yang berkaitan dengan situasi hipotesis, sementara aktivitas mental di luar sekolah menghadapkan masing-masing individu secara langsung dengan situasi konkret dan objek nyata.
4. Pembelajaran sekolah memfokuskan pada keterampilan-keterampilan umum (membaca, menulis, dan mengoperasikan komputer) dan pengetahuan umum, sementara berpikir situasi khusus membeli atau menyewa sebuah mobil baru mendominasi aktivitas mental di luar sekolah.

Yang perlu dicatat adalah bagaimana ciri-ciri pengajaran berdasarkan masalah disesuaikan dengan aktivitas mental di luar sekolah.

 Pengajaran berdasarkan masalah mendorong kerjasama dan kerjasama untuk melaksanakan tugas-tugas.
 Pengajaran berdasarkan masalah memiliki unsur-unsur belajar magang. Unsur-unsur tersebut mendorong melakukan pengamatan dan dialog dengan yang lain, sehingga seorang siswa secara bertahap dapat berasumsi peranan yang diamati tersebut (saintis, guru, dokter, atau ahli sejarah).
 Pengajaran berdasarkan masalah mendorong siswa memilih penyelidikannya sendiri yang memungkinkan mereka mengiterpretasi dan menjelaskan fenomena dunia nyata serta membangun pemahamannya sendiri tentang fenomena tersebut.


Pebelajar yang Mandiri dan Otonom

Akhirnya, pembelajaran berdasarkan masalah membantu siswa menjadi menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan oleh guru yang berulang-ulang akan mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan dan mencoba untuk menemukan solusi terhadap masalah nyatanya sendiri, yaitu siswa belajar untuk menampilkan tugas-tugasnya tersebut secara mandiri dalam hidupnya kelak. Pengjaran berdaasarkan masalah biasanya terdiri atas lima fase utama yang dimulai dengan guru mengorientasikan siswa terhadap terhadap situasi masalah dan diakhiri dengan melakukan presentasi dan menganalisis pekerjaan dan karya siswa. Ketika masalah dimodelkan dengan gambaran yang sederhana, semua lima fase dari model mungkin dapat diselesaikan didalam kelas dalam waktu yang singkat. Akan tetapi, untuk masalah yang lebih kompleks mungkin dapat diselesaikan penuh di sekolah selama setahun.

Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah. Guru menjelaskan tujuan pelajaran, menjelaskan pentingnya alat/bahan yang diperlukan, dan memotivasi siswa untuk mendorongnya melakukan aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas pelajarannya yang berkaitan dengan masalahnya.
Fase 3
Membantu memberi bimbingan terhadap siswa secara individu mauipun dalam kelompok penyelidikan. Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang cocok, melakukan eksperimen, dan mendapatkan penjelasan dan solusi.
Fase 4
Menyajikan dan memamerkan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya-karya yang sesuai misalnya laporan, vidio, dan model-model yang membantunya berbagi pekerjaan dengan yang lain.
Fase 5
Menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk merefleksikan pada peneyelidikannya serta memproses yang mereka gunakan.


Penutup

Berbeda dengan model pembelajaran lain yang memberi penekanan pada presentasi ide dan demonstrasi keterampilan, pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari guru mempresentasikan situasi masalah kepada siswa dan membuat mereka melakukan penyelidikan dan menemukan penyelesaian masalah oleh mereka sendiri.
Pengetahuan yang mendasarkan pada pengajaran berdasarkan masalah adalah pengayaan dan kekomplekan. Beberapa meta analisis yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir

Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan / suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar

bentuknya :
-Bahan cetak seperti; hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, -wallchart,
-Audio Visual seperti; video/film,VCD
-Audio seperti; radio, kaset, CD audio, PH
-Visual: foto, gambar, model / maket.
-Multi Media; CD interaktif, computer Based, Internet

Cakupan bahan ajar
-Judul, MP, SK, KD, Indikator, Tempat
-Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
-Tujuan yang akan dicapai
-Informasi pendukung
-Latihan-latihan
-Petunjuk kerja
-Penilaian

KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

Aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glaserfeld dalam Battencourt, 1989; & Matthews, 1994)

Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan siswa
(Mind as inner individual representation of outer reality).

Siswa mengkonstruksi skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur dalam membangun pengetahuan, sehingga setiap individu siswa memiliki skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang berbeda. Dalam hal ini, proses abstraksi dan refleksi seseorang menjadi sangat berpengaruh dalam konstruksi pengetahuan (Reflection/abstraction as primary).

Dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaan merupakan interpretasi individual siswa terhadap pengalaman yang dialaminya (Meaning as internally constructed).

Perampatan makna merupakan proses negosiasi antara individual siswa dengan pengalamannya melalui interaksi dalam proses belajar (menjadi tahu) (Learning and teaching as negotiated construction of meaning).

Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep
masing-masing individual siswa. Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, bila konsep baru yang diterima dapat dikaitkan/dihubungkan (proposisi) dengan pengalaman yang dimiliki siswa. Dengan demikian, pengetahuan adalah apa yang ada dalam pikiran setiap siswa (Knowledge as residing in the mind).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSTRUKSI PENGETAHUAN

HASIL KONSTRUKSI YANG TELAH DIMILIKI (CONSTRUCTED KNOWLEDGE)

DOMAIN PENGALAMAN (DOMAIN OF EXPERIENCE)

JARINGAN STRUKTUR KOGNITIF (EXISTING COGNITIVE STRUCTURE)

Belajar berarti membentuk makna
konstruksi arti merupakan proses yang terus-menerus.
Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

Butir-butir Penting Strategi-strategi Belajar

Disadur oleh:
Bagod Sudjadi
LPMP Jawa Timur

Dari Chapter 6 Learning and Study Strategies
Buku Classroom Instructional and Management
oleh Richard I. Arends (1997)

Pengertian
1. Menurut Durkin (1978), Moely (1986), dan Sirotnik (1983) guru-guru SD, SMP, dan SMA merupakan pemberi tugas yang baik namun memberikan sedikit pengajaran tentang bagaimana belajar.
2. Pengajaran yang baik meliputi mengajar siswa bagaimana mengingat, bagaimana berpikir atas kemampuannya sendiri, yaitu bagaimana memotivasi dirinya sendiri, bagaimana menjadi siswa yang dapat mengenal dirinya sendiri.
3. Strategi belajar dan strategi kognitif adalah alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri. Strategi belajar adalah proses mental dan taktik yang digunakan siswa untuk menfasilitasi belajar, termasuk strategi memori dan metakognitif.
4. Tujuan utama mengajarkan strategi untuk menghasilkan pebelajar yang dapat mengendalikan diri sendiri, yang didefinisikan sebagai individu yang dapat:
a. secara teliti mendiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu,
b. memilih suatu strategi belajar untuk memecahkan suatu masalah belajar yang dihadapi,
c. memonitor keefektifan strategi tersebut,
d. cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi pembelajaran sampai pembelajaran itu tuntas.

Dukungan Teoritik
1. Dukungan teoritis untuk strategi-strategi belajar terutama berasal dari teori belajar kognitif dan pemrosesan informasi. Teori tersebut menekankan pentingnya pengetahuan awal dalam belajar dan membagi pengetahuan ke dalam tiga katagori: deklaratif, prosedural, dan kondisional.
2. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu (misal, fakta, konsep, generalisasi tentang pendapat umum), sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (misalnya, mengukur suhu badan dengan termometer). Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural tertentu.
3. Pandangan pemrosesan informasi bersandar pada komputer sebagai analogi untuk menjelaskan bagaimana informasi dikodekan, disimpan dan dipanggil ulang untuk penggunaan di kemudian hari.
4. Sistem memori terdiri dari dua bagian utama: memori jangka-pendek, tempat terjadinya kerja mental sadar; dan memori jangka-panjang, tempat pengetahuan diorganisasikan dan disimpan.
5. Pengetahuan diorganisasikan dan disimpan dalam memori jangka-panjang dalam bentuk proposisi, produksi, dan jaringan pengetahuan. Ketiganya bertindak sebagai filter untuk informasi baru, jadi menentukan berapa baik informasi baru dapat dipelajari.
6. proposisi adalah satuan pengetahuan deklaratif, produksi adalah satu dasar dari pengetahuan prosedural. Skema berhubungan dengan jaringan struktur pengetahuan menyeluruh yang membentuk memori jangka-panjang seseorang.
7. Karena lingkungan terdiri dari banyak rangsangan dan karena memori jangka- pendek terbatas, membuat siswa tertarik kepada suatu pengetahuan tertentu adalah penting apabila dikehendaki pelajaran yang berhasil. Berbagai macam cara untuk membangkitkan perhatian siswa tersedia untuk menjadikan pelajaran berhasil.
8. Pengorganisasian awal merupakan salah satu alat mengajar yang digunakan untuk mengaktifkan skemata di dalam memori jangka-panjang yang berhubungan dengan infomasi baru yang dipelajari.

Jenis-jenis Strategi Belajar
1. Strategi-strategi belajar dapat dibagi menjadi empat katagori: strategi pengulangan, strategi elaborasi, organisasi, dan metokognitif.
2. Strategi pengulangan sederhana terdiri dari pengulangan informasi secara verbal secara berulang-ulang sehingga informasi itu dapat disimpan didalam memori jangka-pendek cukup lama untuk memproses informasi tersebut. Strategi pengulangan kompleks terdiri dari penambahan sesuatu yang bermakna pada pengulangan verbal, seperti menghubungkan dengan tangal lahir seseorang.Dengan menambahkan sesuatu yang bermaksna kepada informasi yang sedang dipelajari, dengan pengulangan kompleks lebih besar kemungkinannya informasi dapat dikodekan kedalam memori jangka-panjang. Contoh dari strategi terakhir ini adalah menggarisbawahi dan memberikan catatan pinggir.
3. Strategi-strategi elaborasi membantu dalam proses pengembangan makna informasi baru dengan penambahan rincian dan penemuan hubungan-hubungan. Strategi elaborasi yang umum digunakan adalah analogi, catatan matriks, dan P4QR.
4. Strategi organisasi meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan pembelajaran baru dengan menerapkan struktur pengorganisaisn baru pada ide-ide sederhana dan kompleks. Strategi-strategi organisasi yang umum digunakan adalah mnemonics, outlining, dan peta konsep.
5. Strategi metakognitif berhubungan dengan berpikir siswa dengan berpikirnya sendiri dan kemampuan untuk memonitor proses-proses kognitif. Strategi-strategi metakognitif meliputi dua pengetahuan tentang kogniisi dan kemampuan memonitor, mengendalikan dan mengevaluasi fungsi kognitif diri sendiri.
Mengajarkan Strategi-strategi Belajar
1. Apabila siswa harus berhasil di sekolah, maka penting sekali strategi-strategi belajar itu diajarkan di sekolah secara tersendiri. Dua cara utama untuk melakukan ini adalah dengan pengajaran langsung dan pengajaran terbalik.
2. Sebagian besar (sebanyak 50 persen) waktu siswa di sekolah digunakan untuk belajar mandiri, dan banyak sekolah mempunyai kebijakan untuk meminta siswa memberikan pekerjaan rumah secara teratur. Belajar mandiri yang dilaksanakan di sekolah disebut pekerjaan kelas (seatwork), sedang belajar yang dilakukan di rumah disebut pekerjaan rumah (homework).
3. Ada panduan untuk membantu guru membuat pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah efektif. Pada umumnya, pekerjaan kelas lebih efektif apabila pekerjaan kelas ini berupa latihan atas bahan yang telah diajarkan sebelumnya dibandingkan dengan bahan pelajaran baru.
4. Pengaruh penggunaan pekerjaan rumah belum final. Pekerjaan rumah ditemukan lebih efektif untuk siswa yang lebih dewasa dan kurang efektif untuk anak-anak. Seperti pekerjaan kelas, pekerjaan runah paling efektif apabila lebih digunakan sebagai latihan lanjutan daripada sebagai suatu bentuk pengajaran. Siswa hendaknya hanya diberi pekerjaan rumah yang dapat dikerjakan dengan benar, dan pekerjaan rumah hendaknya dikoreksi dengan sungguh-sungguh dan dikembalikan kepada siswa sebagai umpan balik.
5. prinsip-prinsip penting yang perlu diikuti seluruh jenis pembwerian tugas meliputi membuat tugas yang jelas dan bemakna, tugas bervariasi, meletakkan perhatian sungguh-sunggu terhadap tingkat kesukaran suatu tugas, dan memonitor pekerjaan siswa.
6. penilaian untuk strategi-strategi belajar hendaknya terdiri dari pengecekan apakah siswa memiliki pengetahuan delaratif, prosedural dan kondisional. Pengetahuan deklaratif dan pengetahuan kondisional sering dapat dinilai menggunakan tes kertas dan pensil, sedangkan pengetahuan prosedural paling baik dinilai dengan menggunakan tes kinerja dari berbagai jenis.

Tugas 1
Bacalah satu alinea dari wacana di bawah ini dengan seksama.

Ular

Kerangka ular dan bagian-bagian dari tubuhnya adalah sangat lentur-hampir menyerupai suatu pipa karet yang memiliki tulang. Tulang belakang ular dapat memiliki hampir 300 tulang punggung, kurang lebih 10 kali sebanyak tulang punggung manusia. Tiga ratus tulang punggung ini dihubungkan oleh tulang rawan yang memungkinkan ular mudah bergerak. Karena konstruksi tulang belakang yang dapat meliuk-liuk dan membengkok, seekor ular dapat memutar tubuhnya dalam hampir setiap arah pada setiap saat.

Tugas 2
1. Buatlah sebuah rangkuman dari alinea tersebut di atas.
2. Pikirkan, akan membahas tentang apa alinea berikutnya?

Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Kamu mungkin pernah mengajukan pertanyaan, ”Apakah yang dapat saya lakukan dalam mempelajari biologi?” Sebagai bahan pertimbangan bagi kamu, ilmu biologi pada waktu mendatang dapat digunakan sebagai wahana untuk memecahkan masalah-masalahyang berkaitan dengan kehidupan. Akankah radiasi nuklir berdampak terhadap kamu dan anak-anakmu kelak? Dapatkah penyakit-penyakit seksual yang menular dikendalikan? Dalam kondisi bagaimanakah penyakit kanker berkembang?

Munculnya pertanyaan-pertanyaan seperti diatas merupakan suatu pertanda adanya masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan meningkat frekuensinya pada waktu mendatang dibandingkan hari ini. Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, bukanlah perkara mudah. Akan tetapi, solusi untuk pemecahan-pemecahan masalah tersebut akan segera ditemukan dan diinformasikan kepada masyarakat. Didalam suatu era demokrasi, masyarakat harus mendapatkan informasi-informasi yang cukup dan memuaskan. Itulah sebabnya mengapa pemahaman konsep-konsep biologi sangat penting bagi sesorang dalam kehidupan ini.

Kamu tentu sudah memahami bahwa biologi merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi bidang kajian tentang tumbuhan, hewan, dan manusia. Itulah sebabnya buku-buku pelajaran biologi dikenal sebagai sains yang dekat dengan kehidupan.

Tugas
Berikan garis bawah pada konsep-konsep yang merupakan ide utama dari wacana.

Asam Nukleat
Asam nukleat adalah bentuk polimer polinukleotida dengan fungsi sangat spesifik di dalam sebuah sel. Setiap nukleotida terdiri atas gula pentosa, fosfat, dan basa nitrogen.
Secara umum, dikenaal dua tipe nukleotida, yaitu ribosa nukleotida (mengandung gula ribosa) dan deoksiribosa nukleotida (mengandung gula deoksiribosa). Deoksiribosa nukleotida berikatan pada empat basa nitrogen; adenin (A), guanin (G), sitosin (S), dan timin (T). Begitu juga ribosa nukleotida berikatan pada basa nitorgen; adenin, guanin, sitosin, dan urasil (U), suatu pengganti timin.
Bentuk rantai panjang dari deoksiribosa nukleotida dikenal sebagai asam deoksiribosanukleat (ADN). Perlu kamu ketahui, satu molekul ADN dapat mengandung ratusan ribu sampai jutaan nukleotida. ADN ditemukan didalam koromosom makhluk hidup. Susunan nukleotida molekul tersebut antara lain berfungsi untuk mengontrol proses pembentukan protein dari setiap makhluk hidup. Rantai dari ribosa nukleotida disebut asam ribonukleat (ARN), yaitu suatu salinan ADN di dalam inti sel. ARN berperan dalam membawa kode genetika ADN ke sitoplasma sehingga terjadi proses pembentukan protein.

Tugas
Berdasarkan wacana di atas, buatlah catatan-catatan pinggir.

Burung Loon dan Burung Kormoran
Burung loon memiliki ciri-ciri dan sifat bahwa tulang mereka berat dan padat, menyukai habitat basah. Ukuran loon berkisar antara 30”-36” dan dapat diidentifikasi dengan suara keras bernada tinggi yang mereka perdengarkan. Mereka memiliki pola garis bulu hitam dan putih.
Sedangkan burung kormoran adalah burung penyelam bertubuh berat dan suka meluncur diatas permukaan air. Kormoran pada umumnya diam tak bersuara, dan ukuran mereka berkisar antara 30”-36”. Burung ini hitam dengan bintik-bintik kuning di kulitnya.

Tugas
Buatlah catatan matriks berdasarkan wacana di atas.


Fotosintesis

Tidak akan ada kehidupan di bumi tanpa fotosintesis. Selama fotosintesis, tumbuhan dan beberapa organisme yang lain menggunakan energi matahari untuk membuat makanan. Kamu dapat memandang fotosintesis berlangsung dalam dua tahap: menangkap energi matahari, dan memproduksi makanan.

Menangkap energi matahari. Tahap pertama fotosintesis adalah menangkap energi matahari. Dalam kebanyakan tumbuhan, proses ini terjadi di dalam bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, khususnya di dalam daun-daun mereka. Daun-daun banyak mengandung kloroplas, yang berupa struktur kecil di dalam sel tumbuhan tempat terjadinya fotosintesis. Kloroplas mengandung pigmen, senyawa kimia berwarna yang dapat menyerap cahaya. Pigmen utama di dalam kloroplas tumbuhan tersebut adalah klorofil, yang memberikan warna hijau kepada daun-daun tersebut.

Klorofil berfungsi mirip dengan “sel” matahari dalam sebuah kalkulator yang dicatu matahari. Sebuah sel matahari menangkap energi di dalam cahaya dan menggunakan energi tersebut untuk mencatu kalkulator. Klorofil menangkap energi cahaya dan menggunakan energi tersebut untuk mencatu tahap kedua fotosintesis tersebut.


Tugas
Preview bacaan di atas. Tulislah judul-judul tersebut, kata-kata yang dicetak tebal, dan kalimat-kalimat yang dicetak tebal pada saat anda menemukannya. Kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apakah topik bacaan berikut?
2. Menyatakan ide utama apakah kalimat yang dicetak tebal?
3. Tiga istilah sains apakah yang digunakan untuk menjelaskan tahap pertama fotosintesis?
4. Ramalkan apa kemungkinan subjudul berikutnya dari bacaan tersebut.

METODE MENGAJAR DAN MEMOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

Disampaikan dalam Pelatihan “Peningkatan PBM Berbasis Kompetensi” pada
Fakultas Teknik Universitas Pancasila, tanggal 7 Mei 2003.

Makalah ini menyajikan secara ringkas dua pokok bahasan, yaitu Metode Mengajar pada Proses Belajar Mengajar Berbasis Kompetensi dan Memotivasi Belajar Mahasiswa dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Pada Bahasan pertama akan dikupas beberapa metode mengajar yang cocok diterapkan untuk PBM Berbasis Kompetensi di perguruan tinggi, seperti metode Kuliah, Tanya jawab, Latihan dan Praktek, Kerja Kelompok dan Penemuan. Pada bahasan kedua dibahas tentang berbagai teknik memotivasi mahasiswa agar belajar secara optimal, yaitu dengan menerapkan ARCS Model dari Keller dan Nine Learning Events dari Gagne, serta dengan kiat-kiat khusus.

1. Metode Mengajar pada Proses Belajar Mengajar Berbasis Kompetensi

Proses Belajar Mengajar (PBM) Berbasis Kompetensi merujuk kepada pembelajaran yang benar-benar efektif mampu menghasilkan mahasiswa lulusan yang memiliki kompetensi. Kompetensi ialah kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas dan fungsi-fungsi pokok dalam suatu pekerjaan. Kompetensi itu dapat diamati, berupa tindakan perilaku dan menurut standard tertentu.

Ada lima tahapan penting dalam mengembangkan PBM Berbasis Kompetensi, yaitu; 1) menentukan kompetensi dasar yang hendak dicapai, 2) membatasi isi untuk setiap tujuan pembelajaran atau setiap kompetensi khusus, 3) mengidentifikasi indikator hasil belajar, 4) merancang kegiatan pembelajaran dan kriteria untuk mengukur hasil belajar, dan 5) mengembangkan proses belajar dimana mahasiswa dapat mendemonstrasikan penguasaan kompetensi tersebut. PBM yang dikembangkan melalui lima tahapan tersebut akan dapat mengantarkan mahasiswa mencapai kompetensi yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Namun demikian tercapainya efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, yaitu; harapan-harapan dosen mengenai kemampuan mahasiswa untuk belajar, keterampilan mengelola kelas, jumlah waktu yang disediakan mahasiswa untuk mencapai tugas akademik, pembuatan keputusan oleh dosen, dan variasi metode mengajar. Penggunaan variasi metode mengajar merupakan faktor terpenting untuk PBM yang efektif dan efisien. Seorang pengajar harus menguasai berbagai jenis metode dan mampu menggunakannya secara bervariasi.

Metode mengajar ada yang umum yang dapat diterapkan segala jenis pembelajaran, dan ada pula metode yang spesifik yang cocok untuk bidang studi tertentu. Berikut ini beberapa metode mengajar yang umum yang biasa digunakan dalam berbagai kesempatan pembelajaran.

Berbagai Jenis Metode, Fokus dan Sifatnya
Metode Fokus Sifat
1. Kuliah (Lecture)
2. Tanya jawab (Questioning)
3. Latihan dan Praktek (Drill and Practice)
4. Diskusi dan Kerja Kelompok (Grouping)
5. Penemuan (Discovery/Inquiry) Teacher-centered
Teacher-centered
Teacher-centered

Student-centered

Student-centered Penyajian Informasi
Penyajian Informasi
Berbagi pengalaman

Berbagi pengalaman

Pemecahan masalah

Sebenarnya masih ada banyak lagi metode yang bisa diterapkan dalam perkuliahan di perguruan tinggi. Metode-metode tersebut bisa dipadukan dan divariasikan dengan metode lainnya. Sebagai contoh, penggunaan metode kuliah dapat dipadukan dengan berbagai metode lain sehingga metode kuliah ini memiliki banyak variasi. Kuliah bisa bersifat kuliah murni (pure lectures), kuliah mini (mini-lecture), chalk-talk lectures, kuliah audio-visual (audiovisual lectures), kuliah interaktif (interactive lectures), guided note-taking lectures, dan kuliah demonstasi (demonstration lectures). Metode diskusi juga memiliki banyak variasi, misalnya diskusi panel, seminar, kelompok okupasi, workshop, dan masih banyak lagi lainnya. Demikian pula dengan metode yang berbasis pada penemuan, memiliki banyak variasi seperti, pemberian tugas, studi kasus, dan observasi.

Ditinjau dari fokus atau pemeran utamanya, metode-metode kuliah, tanya jawab, latihan dan praktek berfokus pada dosen atau teacher centered, sedangkan metode-metode diskusi dan kerja kelompok dan metode penemuan berfokus pada mahasiswa atau student centered. PBM berbasis kompetensi sebaiknya diarahkan agar lebih banyak berfokus pada mahasiswa, sehingga keterlibatan mahasiswa dalam proses belajar mengajar lebih tinggi dan mahasiswa lebih aktif.

Lebih lanjut apabila ditinjau dari sifat pembelajarannya, pada dasarnya berbagai jenis metode yang ada dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis metode mengajar. Pengelompokan metode tersebut adalah; 1) kelompok metode yang berbasis pada penyajian informasi, 2) metode berbasis berbagi pengalaman dan 3) metode berbasis pemecahan masalah. Ketiga jenis metode tersebut semuanya cocok untuk PBM berbasis Kompetensi. Hanya saja penggunaannya harus disesuaikan dengan jenis kompetensi yang akan diajarkan. Metode-metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab adalah contoh metode yang berbasis penyajian informasi. Metode-metode tersebut cocok untuk mengajarkan kompetensi-kompetensi pada jenjang kognitif pemahaman. Sedangkan metode-metode; kelompok okupasi, workshop cocok untuk mengajarkan kompetensi berupa keterampilan atau skill. Kemudian metode-metode inquiry cocok untuk mengajarkan kompetensi yang lebih komprehensif.

Metode inquiry adalah metode yang sangat cocok untuk mengajarkan kompetensi tingkat tinggi, seperti kemampuan menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi serta memecahkan masalah. Metode ini dimulai dengan memanfaatkan keingintahuan mahasiswa (curiosity of the learner), kemudian dikembangkan suatu tahapan langkah kegiatan yang berputar berulang (spiral) mulai dari bertanya (asking question), mencari jawaban dan solusi (investigating solutions), menyusun pengetahuan baru sesuai informasi yang didapat (creating new knowledge), mendiskusikan temuan dan pengalaman (discussing our discovery and experiences), dan dilanjutkan dengan memikirkan dan merenungkan pengetahuan baru yang didapat (reflecting on our new-found knowledge). Agar pemahaman Anda lebih jelas, perhatikan gambar berikut.


Gambar Proses Inquiry

Kemudian berkenaan dengan pemilihan metode oleh dosen, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijadikan pertimbangan. Hal-hal yang berkenaan dengan isi materi, jenjang kompetensi, learning domain, situasi dan kondisi, gaya belajar mahasiswa (learning style), dan kemampuan dan keterampilan dosen sendiri.
Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa tidak ada single method yang terbaik untuk pembelajaran berbasisi kompetensi. Pembelajaran sebaiknya menerapkan multi metoda, yang menggunakan berbagai variasi metode. Selain itu prinsip umum yang harus diikuti dosen adalah bahwa proses belajar yang optimal harus diciptakan dan diupayakan bersama-sama antara dosen dan mahasiswa. Sejak awal perencanaan mahasiswa harus dilibatkan dan didengar kebutuhannya. Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menguji gagasannya, belajar sambil bekerja, mengambil resiko dan brekreatifitas, memanfaatkan sumber belajar yang cukup.


2. Memotivasi Belajar Mahasiswa dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Harus diakui bahwa mahasiswa tidak akan belajar jika tidak ada motivasi untuk belajar. Adanya motivasi yang tinggi adalah syarat mutlak untuk terjadinya proses belajar pada diri mahasiswa. Ketika dosen berada di dalam kelas, hal pertama yang harus dilakukannya agar mahasiswa siap untuk belajar adalah membangun minat dan perhatian mahasiswa agar termotivasi untuk mempelajari hal yang telah dipersiapkan dan direncanakan bersama oleh dosen dan mahasiswa. Ada berbagai cara untuk memotivasi mahasiswa dalam belajar. Berikut ini secara konseptual-teoritis disampaikan dua cara memotivasi mahasiswa yang telah dikembangkan oleh dua ahli yaitu Keller dan Gagne. Selanjutnya topik kedua ini akan ditutup dengan sajian tentang memotivasi belajar mahasiswa dengan kiat-kiat khusus.

2.1. Memotivasi Belajar Mahasiswa dengan ARCS Model.

Model ini (ARCS Model of Motivational Design) dikembangkan oleh John M. Keller, dari Florida State University, 1983-1987. Model ARCS memiliki empat strategi pokok untuk memotivasi belajar mahasiswa yaitu; Attention yakni strategi untuk menimbulkan dan memelihara minat dan keingintahuan dan perhatian mahasiswa, Relevance yakni strategi menghubungkan kebutuhan, minat dan motif mahasiswa, Confidance yakni strategi membantu mahasiswa mengembangkan harapan positif untuk mencapai sukses, dan Satisfaction yakni strategi memberi penguatan dari dalam dan dari luar untuk usaha mahasiswa. Secara lebih rinci berikut ini penjelasan masing-masing strategi tersebut.
Attention;
- Perceptual Arousal; memberi hal baru, kejutan, yang berbeda atau belum pasti. Contoh: dosen meletakkan kotak tertutup bertuliskan pertanyaan di meja di depan kelas.
- Inquiry Arousal; merangsang rasa ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan atau masalah untuk dipecahkan. Contoh: dosen menyajikan masalah dan meminta mahasiswa memecahkannya berdasar pengetahuannya.
- Variability; menggabungkan berbagai metode dan media agar memenuhi kebutuhan mahasiswa. Contoh: dosen menyajikan presentasi setelah itu membagi tugas kelompok.
Relevance;
- Goal Orientation; menampilkan tujuan dan manfaat pembelajaran dan metode yang ditempuh. Contoh: dosen menjelaskan tujuan pembelajaran saat itu.
- Motive Matching; menyesuaikan tujuan dengan kebutuhan dan motif mahasiswa. Contoh: dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan kebutuhan dan cara belajarnya.
- Familiarity; menyajikan materi yang mudah dipahami dan terkait dengan pengalaman mahasiswa dan nilai-nilai yang dimiliki. Contoh: dosen meminta mahasiswa memberikan contoh berdasarkan pengalamannya mengenai konsep yang dipelajari di kelas.
Confidance;
- Learning Requirements; menginformasikan kepada mahasiswa tentang persyaratan kinerja dan belajar serta kriteria penilaian. Contoh: dosen memberi daftar kriteria penilaian dan memberi contoh karya mahasiswa.
- Success Opportunity; memberi tantangan dan kesempatan untuk sukses belajar. Contoh: dosen memberi tugas setelah itu diberi balikan.
- Personal Responsibility; menghubungkan keberhasilan belajar dengan usaha pribadi dan kemampuan mahasiswa. Contoh: dosen memberi balikan tertulis dan pernghargaan atas prestasi mahasiswa.


Satisfaction;
- Instrinsic Reinforcement; mengundang dan mendukung penguatan dari dalam tentang pengalaman belajar. Contoh: dosen mengundang mahasiswa senior untuk berbagi pengalaman, memberi tugas dan menilai.
- Extrinsic Reward; memberi penguatan positif dan balikan yang memotivasi. Contoh: dosen menghargai setiap kompetensi yang telah dicapai oleh mahasiswa, misalnya berupa sertifikat.
- Equity; memelihara standard yang konsisten dan konsekuensi-konsekuensi dari sukses. Contoh: dosen memberikan balikan dengan kriteria yang telah disepakati, misalnya nilai A+ untuk tugas yang meleibihi requierement.

2.2. Memotivasi Belajar Mahasiswa dengan Model Nine Events of Instruction

Model ini (Nine Events of Instruction) dikembangkan oleh Robert Gagne, dan dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965, saat ia masih bekerja di United States Department of Defense. Sejak th 1969 ia menjadi profesor di Department of Educational Research di Florida State University. Buku Gagne berjudul The Condition of Learning (1965) mengupas tentang kondisi mental untuk belajar. Menurut Gagne pada diri seseorang akan terjadi proses belajar pengolahan informasi yang optimal apabila terjadi sembilan tahapan proses mental yang disebut sembilan peristiwa belajar. Oleh karena itu pengajar harus mengusahakan terjadinya proses mental pada diri mahasiswa (internal mental process) melalui upaya mewujudkan peristiwa pembelajaran (instructional events).

Sembilan peristiwa pembelajaran tersebut adalah; 1) gaining attention, 2) inform learner of objectives, 3) stimulating recall of prior learning, 4) presenting the content, 5) providing learning guidance, 6) eliciting performance, 7) providing feedback, 8) assessing performance, dan 9) enhancing retention and transfer.

Selanjutnya sebagai akibat dari masing-masing peristiwa pembelajaran yang diusahakan oleh pengajar tersebut diharapkan akan terjadi proses internal pada diri mahasiswa, yaitu 1) sensory reception, 2) expectancy, 3) retrieval to working memory, 4) selective perception, 5) semantic encoding, 6) responding, 7) reinforcement, 8) retrieval and reinforcement, 9) retrieval and generalization.

Contoh cara tindakan untuk memunculkan masing-masing peristiwa tersebut adalah; 1) menggunakan rangsangan yang tiba-tiba dan berubah untuk memperoleh perhatian, 2) beritahu mahasiswa apa yang mereka akan mampu lakukan setelah belajar, 3) tanya untuk mengingatkan pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari siswa sebelunya, 4) sajikan materi dengan berbagai tampilan yang berbeda, 5) sarankan susunan yang bermakna, 6) mintalah mahasiswa menampilkan keterampilan yang telah dipelajari, 7) berikan informasi tentang kemajuan belajar mahasiswa, 8) mintalah tambahan kinerja mahasiswa disertai balikan 9) berikan bervariasi latihan dan ruang kajian.

2.3. Memotivasi Belajar Mahasiswa dengan Kiat-kiat Khusus.

Cara memotivasi belajar mahasiswa berikut ini telah banyak diketahui dan berkembang di kalangan pendidik, dan telah banyak berguna dalam meningkatkan efektifitas PBM dan memperbaiki kualitas pembelajaran. Cobalah gunakan secara lebih intens kiat-kiat berikut yang saya yakin telah Anda kuasai sebagiannya.
a. Ciptakan suasana yang kondusif. Layanilah apabila mahasiswa bertanya, puaskan kebutuhan mahasiswa akan informasi.
b. Libatkan mahasiswa dalam perencanaan PBM. Bantulah mahasiswa merumuskan tujuan belajar yang hendak dicapai.
c. Mulailah dari sesuatu yang diketahui mahasiswa. Hal ini akan mempercepat proses kemajuan belajar mahasiswa.
d. Mulailah dari yang sederhana menuju yang kompleks. Dengan demikian mahasiswa menjadi lebih optimis.
e. Layanilah gaya belajar yang disukai mahasiswa. Kecepatan belajar bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan semata, tetapi dipengaruhi pula oleh gaya belajar yang disukai. Mahasiswa tipe visual lebih banyak belajar lewat melihat dan membaca (media), mahasiswa tipe auditif lebih banyak belajar lewat mendengarkan dan mahasiswa tipe tactile lewat melakukan (by doing).
f. Bagilah tujuan berdasarkan ranah belajar. Kebanyakan belajar melibatkan tiga ranah belajar yaitu kognitif (kemampuan intelekual), afektif (ekspresi perasaan; sikap minat dan nilai-nilai), dan psikomotor (fisik dan gerak motorik).
g. Buatlah materi lebih bermakna. Materi yang bermakna bagi kehidupan mahasiswa akan lebih mudah dan cepat dipelajari.
h. Berikan aplikasi pengetahuan sesegera mungkin. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya akan memperkuat belajar dan membangun percaya diri mahasiswa.
i. Atur waktu istirahat mahasiswa yang teratur. Setelah giat belajar mahasiswa perlu istirahat. Pekalah terhadap gejala kelelahan dan kebosanan mahasiswa, terutama setelah belajar yang sulit, kompleks, atau panjang.
j. Beritahukan kemajuan yang dicapai mahasiswa. Belajar menjadi mudah bagi mahasiswa apabila mereka tahu betul kemajuan yang dicapainya. Balikan yang positif mendorong mereka lebih semangat dan optimis.
k. Hargailah dan berikan hadiah bagi yang berhasil memenuhi harapan.

Selanjutnya secara ringkas berikut ini adalah prinsip-prinsip untuk memotivasi belajar mahasiswa dalam berbagai situasi. Pertama, lingkungan dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian mahasiswa pada apa yang perlu dipelajari. Kedua, pemberian insentif memotivasi belajar. Ketiga, motivasi internal lebih tahan lama dan lebih self directive daripada motivasi eksternal yang membutuhkan penguatan. Keempat, belajar lebih efektif ketika individu siap belajar yakni ketika timbul rasa ingin tahu. Kelima, motivasi mahasiswa berkembang lewat materi pengajaran yang terorganisir.
Akhirnya yang terpenting dalam upaya memotivasi belajar mahasiswa adalah karakter pribadi dosen itu sendiri. Dosen yang bisa memotivasi belajar mahasiswa adalah dosen yang penguasaan materinya bagus, yang memiliki integritas, jujur berprinsip, dan baik hati, percaya diri, peduli dan mampu berkomunikasi secara baik dengan mahasiswa.

Daftar Pustaka

Davis, B.G. (2003). Motivating Students. http://www.hcc.hawaii.edu
Gagne, R. (1985). The Condition of Learning (4th ed.). New York: Holt, Rinehart & Winston.
Houston W.R. et all. (1988). Touch the Future Teach! St.Paul: West Publishing Company.
Kruse, K. (2003). Gagne’s Nine Events of Instruction: An Introduction. http://www.e-learningguru.com
Luce, R.W. (2003). Motivating the Unmotivated. http://www.hcc.hawaii.edu
Sizer, T.R. (2003). Good Teaching. http://www.hcc.hawaii.edu

DISIPLIN ANAK

oleh : Dr. Martin Leman

Disiplin di sini dimaksudkan cara kita mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya adalah memberitahu dan menanamkan pengertian dalam diri anak tentang perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, dan untuk mendorongnya memiliki perilaku yang sesuai dengan standar ini. Dalam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik.
Untuk anak yang masih dalam usia pra sekolah, yang harus ditekankan adalah aspek pedidikan dan pengertian dalam disiplin. Seorang anak yang masih usia pra sekolah ini, diberi hukuman hanya kalau memang terbukti bahwa ia sebenarnya mengerti apa yang diharapkan dan terlebih bila ia memang sengaja melanggarnya. Sebaliknya bila saat ia berperilaku sosial yang baik, ia diberikan hadiah, biasanya ini akan meningkatkan keinginannya untuk lebih banyak belajar berperilaku yang baik.
Ada berbagai cara yang umum digunakan oleh orang tua untuk mendisiplinkan anak-anak dan remaja, antara lain :
Disiplin Otoriter
Adalah bentuk disiplin yang tradisional yang berdasar pada ungkapan kuno “ menghemat cambukan berarti memanjakan anak”. Pada model disiplin ini, orang tua atau pengasuh memberikan anak peraturan-peraturan dan anak harus mematuhinya. Tidak ada penjelasan pada anak mengapa ia harus mematuhi , dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang aturan itu. Anak harus mentaati peraturanitu, jika tidak mau dihukum. Biasanya hukuman yang diberikan pun agak kejam dan keras, karena dianggap merupakan cara terbaik agar anak tidak melakukan pelanggaran lagi di kemudian hari. Seringkali anak dianggap sudah benar-benar mengerti aturannya, dan ia dianggap sengaja melanggarnya, sehingga anak tidak perlu diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya lagi. Jika anak melakukan sesuatu yang baik, hal ini juga dianggap tidak perlu diberi hadiah lagi, karena sudah merupakan kewajibannya. Pemberian hadiah malahan dipandang dapat mendorong anak untuk selalu mengharapkan adanya sogokan agar melakukan sesuatu yang diwajibkan masyarakat.
Disiplin yang lemah
Disiplin model ini biasanya timbul dan berkembang sebagai kelanjutan dari disiplin otoriter yang dialami orang dewasa saat ia anak-anak. Akibat dahulu ia tidak suka diperlakukan dengan model disiplin yang otoriter, maka ketika ia memiliki anak, dididiknya dengan cara yang sangat berlawanan. Menurut teknik disiplin ini, anak akan belajar bagaimana berperilaku dari setiap akibat perbuatannya itu sendiri. Dengan demikian anak tidak perlu diajarkan aturan-aturan, ia tidak perlu dihukum bila salah, namun juga tidak diberi hadiah bila berperilaku sosial yang baik. Saat ini bentuk disiplin ini mulai ditinggalkan karena tidak mengandung 3 unsur penting disiplin.
Disiplin Demokratis
Disiplin jenis ini, menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa aturan-aturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil. Walaupun anak masih sangat muda, tetapi daripadanya tidak diharapkan kepatuhan yang buta. Diupayakan agar anak memang mengerti alasan adanya aturan-aturan itu, dan mengapa ia diharapkan mematuhinya. Hukuman atas pelanggaran yang dilakukan, disesuaikan dengan tingkat kesalahan, dan tidak lagi dengan cara hukuman fisik. Sedangkan perilaku sosial yang baik, dan sesuai dengan harapan, dihargai terutama dengan pemberian pengakuan sosial dan pujian.
Adapun penerapan tipe-tipe disiplin ini memberi dampak yang cukup nyata bedanya.Pengaruh penerapan disiplin ini pada anak, meliputi beberapa aspek, misalnya :
Pengaruh pada perilaku
Anak yang mengalami disiplin yang keras, otoriter, biasanya akan sangat patuh bila dihadapan orang – orang dewasa, namun sangat agresif terhadap teman sebayanya. Sedangkan anak yang orang tuanya lemah akan cenderung mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang demokratis akan lebih mampu belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain.
Pengaruh pada sikap
Baik anak yang dibesarkan dengan cara disiplin otoriter maupun dengan cara yang lemah, memiliki kecenderungan untuk membenci orang yang berkuasa. Anak yang diperlakukan dengan cara otoriter merasa mendapat perlakuan yang tidak adil. Sedangkan anak yang orang tuanya lemah merasa bahwa orang tua seharusnya memberitahu bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilakunya. Disiplin yang demokratis akan menyebabkan kemarahan sementara, tetapi kemarahan ini bukanlah kebencian. Sikap-sikap yang terbentuk sebagai akibat dari metode pendidikan anak cenderung menetap dan bersifat umum , tertuju kepada semua orang yang berkuasa.
Pengaruh pada kepribadian
Semakin banyak anak diberi hukuman fisik, semakin anak menjadi keras kepala, dan negativistik. Ini memberi dampak penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk, yang juga memberi ciri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Bila anak dibesarkan dengan disiplin yang demokratis, ia akan mampu memiliki penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang terbaik.
Persepsi yang sering keliru adalah pengertian istilah pemberian hadiah. Kadang orang tua beranggapan bahwa memberikanhadiah selalu berupa memberi mainan, permen, coklat, atau hadiah lain yang berupa benda. Sebenarnya hadiah juga dapat berupa bukan benda, misalnya berupa pengakuan atau pujian pada anak. Para orang tua yang menggunakan cara disiplin demokratis, tidak mau banyak memberi hadiah berupa benda. Mereka khawatir hal ini akan memanjakan anak atau takut cara ini dianggap sebagai bentuk penyuapan yang merupakan teknik disiplin yang buruk.
Pelanggaran berupa bentuk ringan dari ketidaktaatan pada aturan atau perbuatan yang keliru sangat sering terjadi pada masa prasekolah. Pelanggaran ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, ketidaktahuan anak bahwa perilakunya itu tidak baik atau tidak dibenarkan. Anak mungkin saja sudah diberi tahu berulang kali dan ia pun hafal kata-kata aturannya itu, tetapi ia tidak mengerti konsep yang dikandung dari aturan itu,dan kapan ia harus menerapkannya. Sebagai contoh, anak bisamengerti bahwa mencuri adalah tidak boleh, tetapi ia belum tentu tahu bahwa mencontek juga termasuk mencuri.
Hal kedua yang sering juga menjadi penyebab anak melanggar adalah anak belajar bahwa sengaja tidak patuh dalam hal yang kecil-kecil umumnya akan mendapatkan perhatian yang lebih besar daripada perilaku yang baik. Jadi kadang anak yang merasa diabaikan, demi menarik perhatian orang tuanya, sengaja berbuat salah dengan harapan akan memperoleh perhatian lebih. Dan ketiga, pelanggaran dapat disebabkan oleh kebosanan. Bila anak tidak memiliki kegiatan untuk mengisi waktu luang, maka kadang kala anak ingin membuat kehebohan. Atau kadang bisa juga ia hendak menguji kekuasaan orang dewasa dengan melihat seberapa jauh ia dapat melakukan sesuatu tanpa dihukum.
Anak yang lebih besar
Bagi anak yang lebih besar, yang sudah masuk usia sekolah, disiplin berperan penting dalam perkembangan moral. Disiplin bagi anak yang lebih besar ini menjadi hal yang lebih serius lagi. Teknik disiplin yang pada usia pra sekolah tampaknya efektif, tidak bisa dijalankan tetap dengan cara yang sama terus menerus. Bagi anak yang sudah diusia sekolah ini, disiplin yang diterapkan juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Hal yang perlu lebih diperhatikan antara lain adalah :
• Anak yang lebih dewasa, semakin lama semakin membutuhkan penjelasan mengenai mengapa hal tertentu tidak boleh dilakukan, dan mengapa hal lain baik untuk dilakukan. Anak semakin mampu memahami konsep tentang perilaku yang baik, dan wawasannya juga semakin meluas. Sebagai akibatnya, tuntutan atas penjelasan berbagai hal semakin besar pula.
• Pemberian ganjaran seperti pujian atau perlakuan khusus bila anak melakukan sesuatu yang baik, mempunyai nilai yang positif dalam mendorong anak berusaha berbuat lebih baik lagi lain kali. Akan tetapi pemberian pujian dan perlakuan istimewa pun harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, jangan dari kecil hingga besar sama saja.
• Pemberian hukuman, juga harus dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hukuman juga harus bersifat lebih mendidik, bukan malah menimbulkan kebencian dan rasa dipermalukan. Hukuman yang diberikan harus proporsional dengan tingkat pelanggaran, dan anak harus dibuat mengerti mengapa hal yang dilakukan itu salah.
• Konsistensi dalam memberikan hukuman atau ganjaran pun penting. Untuk kesalahan yang sama, berikan hukuman yang sama, dan sebaliknya juga untuk hal yang baik. Apa yang benar dan baik hari ini, akan tetap benar esok hari. Jangan apa yang hari ini benar danbaik, besoknya menjadi hal yang dianggap salah dan patut dihukum.

ALTERNATIF PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR

1. Sumber Belajar: Surat Kabar

Alternatif Pengalaman Belajar yang Dikembangkan
(Dapat dilakukan secara Individu, berpasangan, kelompok, klasikal)

1.Membaca teks untuk menuliskan ringkasan dengan bahasa dan kata-katanya sendiri (kelas 5)
2.Mengamati poster di surat kabar untuk membuat kata-kata poster (kelas 5)
3.Membaca teks berita di surat kabar untuk memberikan pendapat tentang persoalan faktual secara tertulis/lisan (kelas 4)
4.Mengamati contoh iklan di surat kabar untuk membuat iklan sederhana (kelas 6)
5.Membaca teks berita di surat kabar untuk memberikan kritikan dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun secara tertulis/lisan (kelas 6)
6.Mengamati gambar di surat kabar untuk menyusun percakapan berdasarkan gambar yang diamati (kelas 6)
7.Membaca beberapa iklan mini yang ada di surat kabar untuk menuliskan iklan tersebut kedalam beberapa kalimat secara runtut (6)
8.Membaca berita yang ada di surat kabar untuk menentukan kata umum dan kata khusus, memaknai, dan membuat kalimat (kelas 6)


2. Sumber Belajar : Media Elektronik (TV, radio, telepon, dll)

Alternatif pengalaman belajar yang dikembangkan
(Dapat dilakukan secara Individu, berpasangan, kelompok, klasikal)

1.Menonton film karton untuk menceritakan kembalii (kelas 3)
2.Mendengarkan cerita di televisi untuk bermain peran (kelas 3)
3.Mendengarkan pengumuman di TV untuk menyimpulkan isi (kelas 4)
4.Menyimak sinetron di TV untuk menulis surat kepada tokoh idolanya (kelas 6)
5.Menyimak sinetron di TV untuk memberikan tanggapan/kritikan (kelas 4)
6.Mendengarkan pesan lewat telepon untuk menyimpulkan dan menyampaikan isi pesan.
7.mengamati beberapa tayangan televisi untuk mendeskripsikannya.


3. Sumber Belajar : Sungai (Lingkungan)

Alternatif pengalaman belajar yang dikembangkan
(Kegiatan dapat dilakukan secara Individu, berpasangan, kelompok, klasikal)


1.Mengamati sungai untuk menceritakan pengalaman pribadi yang berhubungan dengan sungai secara tertulis/lisan (kelas 3)
2.Mendengarkan cerita dari narasusmber tentang sungai untuk menceritakan peristiwa di sungai yang pernah didengar/dibaca (3)
3.Mendengarkan informasi dari narasumber untuk membuat denah/sketsa, tentang suatu tempat yang berhubungan dengan sungai (4)
4.Mengamati gambar sungai untuk mengidentifikasikan masalah-masalah aktual yang terjadi yang berhubungan dengan sungai; serta memberi tanggapan yang disertai dengan alasan logis terhadap masalah-masalah tersebut (4)
5.Mengamati gambar sungai untuk membuat pertanyaan-pertanyaan (bagaimana, berapa, mengapa, kapan) yang berhubungan dengan sungai (5)
6.Mengamati gambar sungai untuk membuat cerita narasi dengan seting sungai (5)
7.Mendengarkan cerita banjir untuk menulis pokok-pokok/tanggapan, kritikan yang akan disampaikan sesuai dengan permasalahan dengan menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan orang lain disertai alasan yang logis (6)
8.Mendengarkan cerita banjir untuk membuat kalimat harapan (semoga, mudah-mudahan) dan kalimat pengandaian yang tepat sesuai dengan keadaan yang diharapkan terhadap sungai (6)


4. Sumber Belajar : Sangkar (Lingkungan)

Alternatif pengalaman belajar yang dikembangkan
(Dapat dilakukan secara Individu, berpasangan, kelompok, klasikal)

1.Mengamati sangkar hewan dan isinya untuk membuat surat kepada petugas pelestarian alam; (KD Kebahasaan ditekankan pada penulisan nama, gelar, akronim,)
2.Mengamati perilaku hewan dalam sangkar untuk dideskripsikan
(KD Kebahasaan ditekankan pada penggunakan kalimat aktif, pasif, kata umum, kata khusus)
3.Mengamati sangkar untuk membuat teks eksposisi tentang sangkar
(KD Kebahasaan ditekankan pada penggunaan kalimat berita)
4.Mengamati sangkar untuk membuat iklan
( KD Kebahasan ditekankan pada pilihan kata/konotasi)



5. Sumber Belajar : Perkemahan

Alternatif pengalaman belajar yang dikembangkan
(Dapat dilakukan secara Individu, berpasangan, kelompok, klasikal)


1.Mengamati perkemahan untuk menyusun laporan dan rencana perkemahan
(KD Kebahasaan ditekankan pada penggunaan kalimat tanya
2.Mengamati perkemahan untuk bermain peran
(KD kebahasaan ditekankan pada penggunaan tanda baca seru, petik, koma, titik)
3.Mengamati perkemahan untuk membuat bahasa petunjuk (cara mendirikan tanda tali temali)
(KD kebahasaan ditekankan pada penggunaan kalimat perintah)
4.Mengamati perkemahan untuk membuat teks deskripsi
(KD kebahasaan menerapkan tanda baca untuk menulis karangan sederhana)

PENGALAMAN BELAJAR

1. Sumber Belajar: Surat Kabar

1. Membaca teks untuk menuliskan ringkasan dengan bahasa dan kata-katanya sendiri (kelas 5)
2. Mengamati poster di surat kabar untuk membuat kata-kata poster (kelas 5)
3. Membaca teks berita di surat kabar untuk memberikan pendapat tentang persoalan faktual secara tertulis/lisan (kelas 4)
4. Mengamati contoh iklan di surat kabar untuk membuat iklan sederhana (kelas 6)
5. Membaca teks berita di surat kabar untuk memberikan kritikan dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun secara tertulis/lisan (kelas 6)
6. Mengamati gambar di surat kabar untuk menyusun percakapan berdasarkan gambar yang diamati (kelas 6)
7. Membaca beberapa iklan mini yang ada di surat kabar untuk menuliskan iklan tersebut kedalam beberapa kalimat secara runtut (6)
8. Membaca berita yang ada di surat kabar untuk menentukan kata umum dan kata khusus, memaknai, dan membuat kalimat (kelas 6)

2. Sumber Belajar : Media Elektronik (TV, radio, telepon, dll)

1. Menonton film karton untuk menceritakan kembalii (kelas 3)
2. Mendengarkan cerita di televisi untuk bermain peran (kelas 3)
3. Mendengarkan pengumuman di TV untuk menyimpulkan isi (kelas 4)
4. Menyimak sinetron di TV untuk menulis surat kepada tokoh idolanya (kelas 6)
5. Menyimak sinetron di TV untuk memberikan tanggapan/kritikan (kelas 4)
6. Mendengarkan pesan lewat telepon untuk menyimpulkan dan menyampaikan isi pesan.
7. mengamati beberapa tayangan televisi untuk mendeskripsikannya.

PETUNJUK PRAKTIS CARA ORANG TUA MELATIH ANAK PRA MEMBACA, PRA MENULIS DAN PRA MENGHITUNG


I. BAGAIMANA CARA UNTUK MELENTURKAN  TANGAN DALAM PRA MENULIS
1.       Membuat garis tegak dari atas ke bawah.
Contoh: l l l l l l l l
2.     Membuat garis lengkung dimulai dari kiri ke kanan.
Contoh: CCCCCCCC/ OOOOOO
3.     Membuat garis datar dari kiri ke kanan.
Contoh:____  ____  ____  ____
4.     Membuat garis lengkung dengan bentuk panjang.
Contoh:
5.     Membuat garis miring dari bawah ke atas dimulai dari kiri ke kanan.
Contoh: / / / / / / /
6.     Membentuk dua garis miring yang berlawanan arah dimulai dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
Contoh:
7.     Membuat garis tegak bersambung dengan garis datar dalam bentuk panjang.
Contoh:
8.     Membuat garis lengkung dengan dari arah bawah ke atas dengan bentuk spiral tepi panjang.
Contoh:
9.     Membuat garis lengkung bentuknya bolak-balik.
Contoh:
10.  Membuat garis yang bentuknya huruf e tapi dengan bentuk panjang.
Contoh:

II.  MENULIS HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN BUKU BERGARIS DIMULAI DARI GARIS KECIL (HURUF LEPAS)

            ________________     Huruf a:  - garis datar
          a   I   u   e  o                       - garis tegak                          
          _____________                  - garis lengkung        
                                      Huruf i: - membuat garis tegak diberi titik di  atasnya
                                      Huruf u: membuat garis tegak, datar, garis                                                                          tegak
                                      Huruf e: membuat garis miring dan lengkung.
                                      Huruf o; membuat garis lengkung utuh.

III. Menulis tegak bersambung.         
            ______________________                            1. Garis miring
          __________________                      2. Garis lengkung ke bawah
          __________________                      3. Garis tegak
          __________________                      4. Garis miring

          __________________                      1. Garis miring
          __________________                      2. Garis tegak
          __________________                      3. Garis miring
          __________________
          __________________                      1. Garis miring
          __________________                      2. Garis tegak
          __________________                      3. Garis datar
          __________________                      4. Garis tegak
                                                                   5. Garis miring

          _________________                        1. Garis miring
          _________________                       2. Garis datar
          _________________                        3. Garis tegak
          _________________                        4. Garis miring

          _________________                        1. Garis miring
          _________________                        2. Garis lengkung utuh
          _________________                        3. Garis miring
          _________________

IV SALAH SATU CONTOH PEMBELAJARAN PRA MEMBACA.
1.       Membaca benda di sekitarnya
2.     Membaca gambar tanpa tulisan.
3.     Membaca gambar, benda disertai label.
4.     Membaca kata tanpa gambar(agar anak mengenal huruf dalam kata).
5.     Melengkapi huruf dalam satu kata/label sesuai gambar.
Contoh:              ……unga
6.     Melengkapi suku kata dalam label sesuai gambar.
Contoh:             ……tol
7.     Melengkapi kata menjadi kalimat pendek.
Contoh:   bapak……….
               Ibu…………..

V. SALAH SATU LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
          1. Membaca huruf vocal a i u e o (huruf hidup).
          2. Membaca, menulis, dekte suku kata contoh: ba, bi, bu, be, bo, s/d
    za,zi,zu,ze,zo untuk berulang-ulang.
3.     Membaca kata/label contoh : buku, meja, kakak, mata dst.
4.     Membaca kalimat sederhana.
Contoh: ini mama
             ini nasi
5.     Anak mengamati gambar dan menulis cerita.
6.     Anak membaca cerita yang ditulisnya.
7.     Anak menulis cerita berdasarkan pengalamannya.
8.     Konsonan rangkap.
Contoh: nya, nyi ,nyu, nye, nyo
                           kata:  nyamuk
9.     Konsonan rangkap tengah.
Contoh: tunggu, ganggu.
10.  Konsonan rangkap belakang.
Contoh: tang, ting, tung, teng, tong.
11.   Vokal rangkap/
Contoh: santai, ambau dst.
Cara skenarionya berubah-ubah dan menggunakan multi metode dengan cara yang tidak manoton.

SALAH SATU CONTOH PEMBELAJARAN MENGHITUNG :

1         Menghitung banyaknya benda tanpa mengenal lambang bilangan contoh 00 ini berapa?
2       Menhitung banyaknya benda disertai lambang bilangan contoh=                         =3
3       Membandingkan banyaknya dari beberapa kumpulan.
     Contoh:     
                         
4       Mengurutkan benda berdasarkan banyaknya contoh dari gambar no 1,2,3

5       Menulis lambang bilangan sesuai dengan urutan cara menulis permulaan.

CONTOH
__________         garis miring pendek
__________         garis tegak di mulai dari atas
__________         garis lengkung,garis datar
__________

__________         garis datar,garis miring, dan garis lengkung
__________ 

__________         garis miring,garis datar,garis tegak dari atas
__________         ke bawah

__________         garis tegak,garis lengkung,garis datar diatas
__________

__________         garis miring,garis lengkung penuh
__________

__________         garis datar, garis miring
__________

___________       garis lengkung,bolak-balik
___________

___________       garis lengkung,garis tegak,garis lengkung                      
___________       bawah

___________       garis tegak,garis lengkung utuh
___________




TIPS-TIPS:
·         Teknik- teknik yang dipaparkan tidak perlu diajarkan secara berturut disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat
·         Kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui penyajian agar lebih menarik
·         Penanaman konsep penjumlahan dan pengurangan perlu diperagakan orang yang membantu,dan anak kemudian menirunya.(Anak diberi kesempatan untuk  menemukan sendiri)