PENGUNJUNG YANG BAIK SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR

Keterampilan Berbicara

A. Berbicara
Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial, dan pendidikannya. Aspek-aspek lain seperti cara berpakaian atau mendandani pengantin, adalah bersifat eksternal, tetapi ujaran sudah bersifat inheren, pembawaan. (Tarigan,1996:15)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehinga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. (Tarigan,1996:15)
Dengan demikian maka berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahamai atau tidak, baik bahan pembicaraanya maupun para penyimaknya: apakah dia bersikap tenang, serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. (Mulgrave, 1954:3–4).
B . Berbicara sebagai seni dan ilmu
Wilayah ‘berbicara” biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu :
1. Berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts).
2. Pengetahuan dasar berbicara (the speech sciences) (Mulgrave,1954:6).
Dengan perkataan lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan juga ilmu.
Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannnya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat sebagai berikut: (1) Berbicara di muka umum, (2) Semantik: Pemahaman makna kata, (3) Diskusi kelompok, (4) Argumentasi, (5) Debat, (6) Prosedur parlementer, (7) Penafsiran lisan, (8) Seni drama, (9) Berbicara melalui udara
Kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal yang perlu ditelaah antara lain: (1) Mekanisme bicara dan mendengar, (2) Latihan dasar bagi ajaran dan suara, (3) Bunyi-bunyi bahasa, (4) Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran, (5) Vowel-vowel, (6) Diftong-diftong, (7) Konsonan-konsonan, (8) Patologi ujaran. (Mulgrave,1954:9)
Dalam berbicara ini peneliti meneliti Seni Drama dalam meningkatkan kemampuan berbicara (khususnya Bahasa Indonesia). Dengan demikian peneliti memandang berbicara sebagai seni dalam hal ini, yaitu penekanan diletakkan pada penerapan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar